Hongjoong tersenyum ketika menatap refleksi dirinya di cermin lalu menyentuh sisi kurva kecil di perutnya yang membentang yang mengandung bayi Seonghwa. Menyingkap bajunya lalu menyentuh perutnya lagi. Jantungnya berdebar ketika merasakan gerakan kecil dari bayi itu.
Ia menurunkan bajunya dan menghampiri Seonghwa.
"Seonghwa! Coba tebak?" Seru Hongjoong penuh semangat.
"Hmmm?" Seonghwa terus menatap layar televisi.
"Bayinya bergerak!"
"...Baguslah," tanggap Seonghwa dengan nada bosan dan monoton.
"Kau tidak senang?"
"Tidak, karena itu tidak penting."
"Seonghwa... Tak lama lagi bayi kita akan menendang dan beberapa bulan kemudian akan lahir. Kau tidak mau merasakan dia?"
"Tidak. Tinggalkan aku Hongjoong."
Hongjoong merasa sakit ketika kata-kata itu keluar dari mulut kekasihnya.
"O-oke... Maaf," ujarnya lirih lalu berjalan menuju ke kamarnya.
Air matanya mengalir. Begitu sampai di kamar, ia menutup pintu lalu segera menyeka air matanya.
Entah kenapa ia marah. Padahal sudah biasa dengan perlakuan seperti ini dari Seonghwa. Akhir-akhir ini, Seonghwa bersikap dingin dan menjauhinya. Jarang sekali menciumnya, atau berkata "Aku mencintaimu" bahkan mereka nyaris tidak menghabiskan waktu bersama.
Sejak Hongjoong mendapati dirinya hamil, Seonghwa jarang sekali memperhatikannya. Hampir tidak ada untuknya ketika Hongjoong mengalami morning sickness, dan ketika baby bump mulai terlihat, Seonghwa bahkan tidak peduli. Baik pada Hongjoong maupun bayinya.
Hongjoong merindukan Seonghwa yang membuatnya jatuh cinta. Orang yang dulu menghabiskan waktu bersamanya dan peduli padanya. Hongjoong pikir bayinya akan semakin mendekatkan keduanya, tapi sekarang rasanya bayi itu mencabik-cabik hubungan mereka. Ia mencintai bayi yang dikandungnya, tapi ia ingin ia dan Seonghwa tetap sedekat dulu.
Hongjoong menghela napas saat menyentuh perutnya.
"Tidak apa-apa sayang... bahkan jika ayahmu bersikap dingin dan menjauhiku, aku tetap mencintaimu dan akan selalu menjagamu," lirihnya lalu menghela napas lagi.
Ia juga menyadari Seonghwa telah memberikan seluruh perhatiannya pada Yeosang. Betapa dekatnya keduanya dan Hongjoong berusaha meyakinkan dirinya bahwa mereka hanya teman, tidak lebih.
Sampai suatu hari...
Hongjoong sedang mencari Seonghwa dengan berjalan menuju kamarnya ketika mendengar suara Seonghwa di kamar Yeosang.
Ia menghentikan langkah dan menghampiri pintu kamar Yeosang yang tertutup dan menguping segala yang keduanya katakan dan bicarakan.
"Seonghwa... hyung... bagaimana dengan Hongjoong dan bayinya?"
"Tidak butuh... Tidak lagi. Aku tidak pernah menginginkan kehadiran seorang bayi... Yang kuinginkan hanyalah dirimu."
"Aku juga menginginkanmu," ucap Yeosang lalu terdengar sebuah desahan.
Hongjoong menutup mulutnya dengan tangannya ketika mendengar desahan lalu membuka pintu dan mendapati Seonghwa di atas Yeosang.
"Apa-apaan Seonghwa!" Teriak Hongjoong, menyebabkan kedua pemuda itu melepas sentuhan dan menoleh pada Hongjoong di pintu.
"Bisa-bisanya kau melakukan itu! Aku mengandung anakmu!"
Seonghwa memutar matanya lalu turun dan berjalan menghampiri Hongjoong.
"Kau pikir aku peduli padamu atau bayimu? Tidak. Mungkin aku pernah peduli dan mencintaimu di masa lalu tapi tidak lagi sejak kau hamil."
"T-tapi..."
"Kalau kau menggugurkan bayinya mungkin... ini tidak akan terjadi."
Air mata terus mengalir di pipi Hongjoong dan Mingi datang.
"Ada apa ini?"
"Bukan urusanmu," jawab Seonghwa.
"Aku mendengar Hongjoong menangis. Apa yang kau lakukan?!"
"Mingi... ia... selingkuh dengan Yeosang."
"Apa yang kalian pikirkan?! Seonghwa, Hongjoong mengandung anakmu!"
"Well, aku tidak menginginkannya! Seharusnya ia aborsi atau bahkan tidak hamil."
Mingi menggeram lalu berjalan menghampiri Seonghwa dan meninju langsung rahangnya, hingga Seonghwa tersungkur. Mingi memelototi Yeosang, membuatnya terkejut lalu Mingi beralih pada Hongjoong.
Ia membawa Hongjoong ke dalam pelukan dan membawanya ke kamarnya. Begitu sampai, Mingi dengan lembut mendudukkan Hongjoong di tempat tidur lalu duduk di sampingnya dan menghiburnya.
"Aku tidak percaya ia melakukan ini padaku..." Hongjoong terisak.
Mingi mengerutkan kening saat mengelus punggung Hongjoong untuk menyamankan dan menenangkannya.
"Mungkin aku harus menggugurkan kandungan sebab ini salahku karena aku hamil."
"Tidak! Bisa-bisanya kau bilang begitu. Ini salah dia. Bagaimana mungkin kau tidak menginginkan bayinya sementara bayi ini bukanlah sebuah kesalahan?"
"..."
"Kalau begitu jangan dengarkan dia. Ia bodoh karena sudah mengatakan hal-hal buruk padamu."
"Tapi aku tidak bisa membesarkan anak sendirian!" Hongjoong masih terisak.
"Itu tidak akan terjadi. Aku akan membantumu, Joongie. Aku akan menjagamu dan bayimu."
"Kau tidak perlu melakukan itu, Mingi..."
"Tapi aku ingin melakukannya karena aku peduli padamu... dan juga karena aku mencintaimu."
"A-apa?"
"Aku sudah sejak lama mencintaimu tapi kau berpacaran dengan Seonghwa... dan ketika kau memberitahu kami bahwa kau mengandung anaknya, aku sangat hancur. Aku ingin menjadi seseorang yang membangun sebuah keluarga bersamamu. Jadi, izinkan aku membantumu... Aku tahu itu bukan anakku, tapi aku akan memberikan seluruh cinta dan kasih sayang yang pantas ia terima."
Hongjoong menatapnya lalu memberinya senyum kecil dan lembut.
"Baiklah Mingi."
"Sungguh?"
"Ya, ayo kita coba..."
Mingi tersenyum dan dengan lembut mencium Hongjoong lalu menyentuh perut Hongjoong, ia merasa lega Hongjoong bersedia memberinya kesempatan untuk tidak hanya sekadar menjadi kekasihnya tapi juga membiarkannya membantunya membesarkan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MYRTLE 🌸 bottom!Hongjoong [⏯]
Fanfictionbottom!Hongjoong / Hongjoong centric Buku terjemahan ©2018, -halahala_