Song Mingi [⚠mpreg]

56 9 0
                                    

Hongjoong memandang langit malam dari dek observasi Nebula Voyager, kapal luar angkasa yang menjadi rumahnya selama beberapa bulan terakhir. Galaksi terlihat seperti lautan berlian, berkilauan indah, tapi tidak cukup untuk mengalihkan pikirannya dari masalah yang mendominasi hidupnya: perutnya yang semakin besar.

“Jadi, kau benar-benar serius soal ini?” Suara rendah dan penuh canda itu menghentikan renungannya.

Hongjoong menoleh dengan pelan, mendapati Mingi berdiri di pintu masuk dek. Pria tinggi itu menyandarkan bahunya ke dinding, tangan diselipkan santai di saku celananya. Mata Mingi yang hangat dan penuh rasa ingin tahu menatap Hongjoong, seolah-olah ia membaca pikirannya.

“Serius soal apa?” balas Hongjoong, pura-pura tidak paham.

Mingi berjalan mendekat, langkah-langkahnya terasa tenang namun penuh keyakinan, seperti predator yang tahu persis ke mana ia akan melangkah. “Tentang… ini,” katanya, menunjuk ke perut Hongjoong.

Hongjoong mendengus, memutar mata. “Seolah aku punya pilihan lain.”

“Hey,” Mingi tersenyum kecil, lalu berlutut di depan Hongjoong, meletakkan tangannya yang besar di lutut pria mungil itu. “Kau tahu aku tidak bermaksud seperti itu.”

“Tahu,” jawab Hongjoong pelan, meskipun ia tidak berani menatap langsung ke mata Mingi. “Aku hanya… masih merasa aneh. Kita sedang di kapal luar angkasa, dikelilingi lubang hitam dan nebula, dan aku…”

“Sedang hamil anakku,” Mingi menyelesaikan kalimat itu dengan nada bangga, senyumnya melebar.

Hongjoong memukul bahu Mingi dengan lemah. “Berhenti membuatnya terdengar seperti kemenangan besar.”

“Tapi itu memang kemenangan besar,” balas Mingi sambil tertawa. “Siapa lagi yang bisa membanggakan diri memiliki pasangan yang luar biasa sepertimu?”

Wajah Hongjoong memerah. “Kau benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti, ya?”

Mingi mengangkat bahu, lalu berdiri. Ia mengulurkan tangan, mengajak Hongjoong untuk berdiri juga. “Ayo. Aku punya sesuatu untukmu.”

Hongjoong memandang tangan itu dengan curiga. “Apa lagi sekarang? Jangan bilang kau ingin membuat kejutan aneh.”

“Percayalah, Joong. Kau akan suka ini.”

Setelah beberapa detik ragu, Hongjoong menerima uluran tangan itu. Mingi membantunya berdiri dengan lembut, memastikan perut Hongjoong tidak terguncang terlalu keras.

Mereka berjalan menyusuri koridor kapal menuju observatorium pribadi Mingi. Begitu pintu terbuka, Hongjoong terkejut melihat pemandangan di dalamnya: ruangan itu dipenuhi lampu-lampu kecil yang melayang, menciptakan suasana magis yang menyerupai galaksi mini. Di tengah ruangan, ada meja kecil dengan dua kursi, lengkap dengan makanan dan minuman yang tampak lezat.

“Mingi…” Hongjoong menatapnya dengan bingung. “Apa ini?”

Mingi menggaruk tengkuknya dengan malu-malu, senyum kecil menghiasi wajahnya. “Aku hanya berpikir… kau butuh malam yang berbeda. Sesuatu yang lebih santai, lebih indah.”

Hongjoong merasakan dadanya menghangat. Ia tidak tahu harus berkata apa.

“Duduklah,” kata Mingi sambil menarikkan kursi untuk Hongjoong. “Kita tidak selalu bisa menikmati malam seperti ini di tengah petualangan gila kita.”

Hongjoong duduk, masih terpesona oleh perhatian Mingi. “Kau benar-benar melakukan semua ini… untukku?”

Mingi duduk di kursi seberang, menatap Hongjoong dengan tatapan yang tulus. “Tentu saja. Kau adalah… segalanya untukku, Joong. Kau tahu itu, kan?”

Hongjoong menundukkan wajah, berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya. “Kau selalu tahu cara membuatku merasa istimewa, ya?”

“Itu tugas seorang pria yang baik,” jawab Mingi sambil menyeringai.

Mereka mulai makan, diselingi obrolan ringan dan tawa kecil. Mingi selalu berhasil membuat Hongjoong tersenyum, bahkan saat perasaan cemas tentang masa depan muncul di benaknya.

Setelah beberapa waktu, Mingi memandang Hongjoong dengan serius. “Joong…”

Hongjoong mengangkat alis. “Ya?”

“Aku ingin kau tahu,” Mingi mulai, suaranya lebih lembut dari biasanya, “aku akan selalu ada untukmu. Untuk kalian berdua.”

Hongjoong terdiam, merasakan air mata hampir menggenangi matanya. Ia tidak terbiasa dengan momen-momen seperti ini—terlalu manis, terlalu jujur.

“Tentu saja kau akan ada untukku,” Hongjoong mencoba bercanda untuk menutupi emosinya. “Kalau tidak, aku akan membuangmu ke blackhole.”

Mingi tertawa, suaranya bergema hangat di ruangan itu. Ia bangkit dari kursinya, lalu berlutut di depan Hongjoong, memandang perut pria itu dengan senyuman lebar.

“Kau mendengar itu, kecil? Ibumu ini benar-benar galak, tapi dia luar biasa. Kita beruntung memilikinya, bukan?”

Hongjoong tidak bisa menahan tawa kecilnya. “Kau benar-benar aneh, Mingi.”

“Tapi kau mencintaiku, kan?”

Hongjoong memutar mata, tapi senyum hangat tetap menghiasi wajahnya. “Ya, aku mencintaimu, bodoh.”

MYRTLE 🌸 bottom!Hongjoong [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang