Damai lur

6 2 1
                                    

00.25

Di sebuah pemukiman warga yang cukup terpencil, dan jauh dari perkotaan.

Terdapat seorang bapak bapak yang biasa berdagang di pasar barat, ia biasa berdagang dengan sang anak, yaitu Husein
Dan nama bapak itu sendiri adalah Sei.

Sei memang biasa berangkat tengah malam, karna akses ke pasar barat yang sangat jauh sekali
Ia menarik gerobak dagangannya, berdua bersama Husein.

"Aduh nak... katanya nak Cecep itu jadi buronan negara ya??"

"Cecep? Yang jaga pasar kita?"

"Iya naakk.. sayang banget, bapak kira dia anak baik baik"

"Emangnya tau darimana bapak?"

"Media Westrean mulai memberitahukan itu pada ranah publik.. katanya sihh.. kasus pembunuhan jendral"

"Astaga naga, preman bisa bunuh jendral?"

"Yah.. paling pas jenderalnya lengah di tusuk apa ditembak.. dah tua juga"

"Iya sih.."

Sembari berbincang bincang, mereka melewati jembatan di desa itu.

Akhir akhir ini sungai yang berada di jembatan itu terbilang cukup aneh, di karenakan terdapat bau busuk yang sangat menyengat hidung di sana.

"Aduh.. masih bau banget sih!
Ni kepala desa makan gaji buta apa? Enak banget ga di observasi"

"Yah sabar toh nak..? Siapa tau belum.."

"Yah.. terserah bap-"

"YA TUHANKU!"

Muka Sei tiba tiba sekali pucat, dan terlihat ketakutan.

"Ha? Apaan pak?"

"ITU NAK! ORANG!!"

Sei menunjuk ke arah sungai, terlihat kepala yang mengambang di sungai itu.

"...
Ya tuhan.. senter pak senter, Husein aja yang selamatin"

"Iya iya, ayo cepatlah nakk!!"

Sei lalu menerangi sungai itu dengan senter kecilnya.

GEJEBURRR!!

Setelah membuka baju dan celana panjangnya, Husein lompat ke sungai itu dan berenang ke arah orang tersebut.

"Huek.. Anj*ng bau.. dari sini toh"

Husein kemudian membawa mayat itu ke tepian sungai.

"Bangk* bau bet.. ni mayat dah beberapa hari kayanya" pikir Husein dalam hati.

"GIMANA NAKK??"

Sei lalu berlari menghampiri.

"Aduh awas encok pak.
Wanita nih.."

Tampak mayat wanita yang sudah hancur lebur, hanya tersisa bagian kepala dan sedikit bagian dibawah lehernya.

"Aduh.. cakep jug-"

"Heh, mikir apaan pak
Dah kepala delapan juga"

"Eh? Ehehe"

Warga yang terbangun karna teriakan Sei tadi, beserta bau yang sangat menyengat, pun keluar.

"Weh ada apa nih pak Sei? Nak Husein?"

"Wah any*ng pembunuhan"

"SIKAATT!!"

"geblek, jan negatif thingking"

Melihat banyak nya warga yang salah paham, Husein kemudian menjelaskan nya.

Petualangan Dua Bocah BebanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang