Tetesan air mata Danang

9 2 1
                                    

SESAMPAINYA DI MANSION DALANG

"Lepaskan.. lepaskan..."

Danang tampak sudah lumayan pasrah, yaa walaupun terkadang ia mencoba memberontak.

Iting dan Otong bersama membawa Danang ke kamarnya, begitu pun Tatang.

Danang lalu dilempar ke kasurnya, dan di kunci dalam kamar tersebut.

Tadinya ia berniat hendak melarikan diri lagi, tapi ia lihat jendela dan sekitarnya sudah dipasang kawat berduri.

"Sialan, apa ku terobos saja?
Paling maung luka sedikit.." pikir Danang dalam hatinya

"Maung..."

"ROAAWRRR"

Danang lalu mengusap usap harimau nya, sembari berpikir jalan tuk kabur.

"Hufh.. para bajing*n itu pasti terus mengejar ku..
Hei maung, leburkan dirimu menjadi atom seperti waktu itu.. kita habisi mereka" ucap Danang kepada harimaunya.

"Roaw-
Roarr..."

"Huh?"

Seolah enggan menurutinya, entah kenapa harimau tersebut tak mau.

"Ada apa dengan mu?"

"Roaawwrr..."

Sang harimau memberi tahu bahwasannya ia mendapat sebuah gelombang sihir di telinganya, yang sepertinya melarang mereka tuk pergi karena ada sesuatu yang harus di selesaikan.

"Hufh.. terserahlah, mau dituruti atau mau berkhianat sekalian..
Ku pikir kematian ada baiknya juga"

Danang lalu menjentikkan jari tuk menghilangkan harimaunya, ia lalu berbaring sembari mengenang masa masa sebelumnya, sembari pasrah dan percaya kematian lah yang akan datang menghampirinya.

"Bener ya kata Alex pas latihan.. seharusnya aku berlatih kekuatan juga, dan tak mengandalkan khodam ku..."

Ia melihat sekitar situ, terdapat sebuah mainan mobil sport yang tersimpan rapih di meja.

Ia melirik mainan tersebut sembari mengenang masa kecilnya, begitu indah masa masa saat bermain dengan ibu nya, dan juga bersama para bawahan Dalang yang ia anggap om nya.

Ia pun mengambil salah satu mainan tersebut, dan melihat nya secara keseluruhan.

"Andai saja aku tak terlahir di keluarga begini.."

Krieeettt

Tatang tampak membuka pintunya sembari menatap Danang.

"Keluarlah, Nang
Apa yang kau lakukan dengan itu?"

"Ah.. aku teringat saat aku kecil, kita pernah bermain bersama bukan?"

"Sialan, Nang
Raut wajah dan nada mu seperti orang mau mati saja, Nang"

"Ku pikir memang harus.."

"Keluarlah, Nang
Mr. Dalang mencari mu, Nang"

"Ya"

Danang lalu menaruh kembali mainan tersebut dan keluar, sembari diantar oleh Tatang.

"Dulu kita pernah kejar kejaran di lorong ini bukan, Nang?
Kau kecil begitu imut, tapi sekarang malah menjadi amit amit, Nang"

"Teruskan saja ocehan mu.. aku takkan meninju mu"

"Dasar bocah ini.."

Mereka lalu sampai di kamar dalang, Tatang pun membuka kan pintu dan menyuruh Danang masuk.

"Masuklah, Nang
Aku akan menjaga kalian disini, Nang"

"Ya"

Danang lalu masuk...

Petualangan Dua Bocah BebanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang