A: Kota Baru

35 2 0
                                    

Bismillah

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

🎧Coldplay - Daddy🙌

"Alhamdulilah," lirih seorang gadis kala kakinya menginjak tanah, setelah turun dari bus.

"Syahida!!" Seru seorang pria. Terdengar sudah berumur.

Pria tua itu tampak melambaikan tangannya ke arah gadis tersebut. "Disini, Nak."

Gadis yang dipanggil, segera melangkahkan kakinya ke arah pria paruh baya itu.

"Assalamu'alaikum," ucapnya menyalam tangan yang mulai keriput milik pria dengan badan kekar itu.

"Wa'alaikumussalam. Bagaimana perjalanannya? Lancar?" Tanya pria itu.

"Lancar, Ayah. Tidak ada masalah di perjalanan. Syahida menikmatinya," jawab gadis itu dengan ceria. Berbicara dengan ayahnya selalu membuat hatinya merasa lebih baik.

"Ayah, apa kabar? Syahida, kangen." Syahida berkata sedikit lemah. Berusaha menahan buliran bening yang ingin jatuh dari sudut matanya.

"Hei, kita hanya tidak bertemu dua bulan dan kau sudah kangen? Oh ayolah, apakah dua bulan merubah anak ayah yang kuat ini menjadi cengeng, hm?" Pria paruh baya itu menjawil hidung putrinya.

"Ayah..." Suara Syahida memelas.

"Kemarilah. Peluk ayahmu ini!" Tak menunggu sang ayah berucap dua kali, gadis itu langsung mendekap ayah nya.

Lagi dan lagi, terminal bus menjadi saksi bisu pertemuan antara ayah dan anak itu. Syahida bahkan tidak ingat, kota yang ke berapa ia datangi ini. Jakarta, itulah nama yang ia lihat di papan yang berada di sudut terminal. Kota ini akan menjadi saksi, seuntai perjalanan hidupnya.

Selamat datang Jakarta dan kehidupan baru.

ʘ⁠‿⁠ʘ✈️ʘ⁠‿⁠ʘ


"Ra, liburan Lo selesai kapan?"

Suara di seberang telepon terdengar gusar.

"Gue, belum tau." Syahida menjawab pendek.

"Loh, kok gitu? Lo tau 'kan? lomba nya 3 hari lagi. Atau Lo lupa?"

Syahida menjambak rambut sepunggung nya dengan singkat. Perempuan itu sangat tak bisa membuatnya tenang.

"Gak, gue gak lupa. Lo aja yang belum kirim tema nya," ketus Syahida.

Perempuan di seberang telpon terdengar tertawa. Malu sendiri dengan tuduhan nya yang meleset.

"Hehe, iya gue lupa. Ntar gue kirim, deh."

"Hm"

"Ya udah, assalamu'alaikum, Syahida yang cantik dan imut. Em, Syahida nya Boboiboy."

"Wa'alaikumussalam"

Putusnya telepon membuat Syahida berada di dalam keheningan. Kamar nya kali ini cukup luas di banding kamarnya di kota lama dulu. Suhu malam yang dingin masuk ke kamar melalui celah jendela yang tak tertutup rapat.

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang