IPPKK 55: Author Pemula atau Dosa Aarav?

12 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

"Selamat pagi, Jagoan dan Pemberani," sapa Arta di kursi ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, Jagoan dan Pemberani," sapa Arta di kursi ruang makan.

Aarav dan Syahida kompak membalas dengan senyum hangat mereka.

"Baiklah. Jadi, siapa yang akan duluan merapalkan hapalannya?"

Aarav menelan salivanya susah payah. Oh astaga, apa yang dia harapkan? Dia akan makan dengan tenang setelah tadi malam sudah merapalkan rumus hukuman? Itu tidak akan bisa.

"Aarav dulu, Pa. Kek nya dia udah ga sabar untuk mengahapalkan nya." Syahida menatap lekat wajah Aarav yang sudah tampak gusar namun berusaha setenang mungkin. Ia pasti takut hapalannya hilang.

"Baik lah. Aarav, siap?"

Laki-laki itu mengangguk singkat. Menutup mata agar semakin tenang dan fokus.

"Anala: Api
Anila: Angin
Aksama: Ampunan
Bimantara: Langit
Bhama: Nafsu"

Aarav benar-benar fokus dengan hapalannya. Tak ingin ada cacat sedikit pun. Semoga saja.

"Baswara: Berkilau
Benawat: Sombong
Dikara: Indah
Sagara: Lautan"

Hingga sampai ke 25, lelaki itu lupa. Bukan karena hapalannya hilang tapi memang ternyata dia lupa untuk mengahapalkan satu lagi. Dia pasti salah hitung kemarin malam.

Menatap ke Syahida yang berada di depannya. Meminta bantuan.

"Aarav, satu lagi."

Pak Tua ini, tak bisa kah dia lupa barang satu saja? Padahal Aarav tak menyebutkan angkanya tapi ia tetap bisa menghitungnya.

Syahida tersenyum. Ingin mengerjai Aarav, tapi dia takut satu diksi itu akan sangat berpengaruh pada Aarav. Dia belum terlalu mengenal jauh bagaimana peraturan di rumah ini. Bisa-bisa jika satu saja tak disebutkan dengan benar, yang terkena hukuman akan mendapat masalah yang lebih serius.

Syahida menggerakkan bibirnya yang sengaja di tutupnya dengan telapak tangan. Aarav tersenyum kala mengerti apa yang Syahida ucapkan melalui gerakan bibirnya. Untung saja ayahnya itu tengah menutup mata.

"Nirmala: Sempurna."

"Hm, bagus. Papa tidak jadi memotong uang jajanmu."

"Iya dong. Aarav ga bakal biarin itu. Jadi, Aarav tunggu transferan untuk hari ini dengan nominal yang lebih besar," ujar Aarav dengan senyum penuh kemenangan.

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang