Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!
"Pa, ada apa manggil Aarav dan Syahida?"
Ruangan keluarga kala itu terasa tegang bagi Syahida. Setelah Isa, dirinya dan Aarav di panggil untuk menghadap kepala keluarga rumah besar itu.
"Duduklah!" Titah Arta lantas menyesap kopi di gelas putihnya.
Aarav dan Syahida saling pandang. Aarav mengedip, menandakan untuk tenang. Keduanya duduk bersampingan di sofa panjang, sedangkan Arta duduk di sofa tunggal.
"Syahida, bagaimana rasanya sekolah setelah sudah menikah?"
Pertanyaan itu membuat Syahida bingung. Em, bagaimana rasanya? Dia juga tidak tahu.
"Hm, biasa aja, Pa," jawabnya—mencoba untuk setenang mungkin.
Arta mengangguk-anggukkan kepalanya. Beralih menatap Aarav. Lelaki yang ditatap seketika menjadi salah tingkah. Sepertinya Aarav sudah tau mengapa ketua komite itu memanggil mereka untuk menghadapnya.
"Aarav, bagaimana dengan, mu?"
"Aarav merasa semakin bertanggungjawab, Pa. Karena merasa ada orang lain yang harus Aarav jaga di seko—"
"Jadi kamu juga bertanggung jawab atas Syahida yang bolos hari ini!"
Deg
Nah kan, bener! Arghh.
"7 menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi, kalian sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Kalian bolos bersama. Dan kamu Aarav, menjadi alasan Syahida ikut bolos."
Syahida paham sekarang. "Pa, sebenarnya, ini bukan kali pertama Syahida bolos. Syahida pikir, ayah sudah menceritakan segala hal tentang sikap dan perilaku Syahida pada Papa."
"Memang sudah. Tapi, hari ini, bolos kamu bermotifkan, Aarav. Karena, Aarav. Dan Papa tidak suka itu, Aarav. Kamu tau 'kan? Jika mau bolos, bolos saja, tapi jangan ajak-ajak siapapun. Dan, jika kamu memang tidak suka di kelas, kamu jangan sampai keluar lingkungan sekolah."
Tidak. Tidak ada nada tinggi dalam setiap ucapan Arta. Pria itu benar-benar bisa mengendalikan dirinya.
"Semua ini ga sepenuhnya salah Aarav, Pa. Syahida dengan mudah bisa nolak, tapi Syahida menyetujuinya. Ini juga salah, Syahida. Syahida minta ma—" ucapan Syahida berhenti kala Arta membuat lima tangannya—gerakan berhenti. Menyuruhnya untuk jangan melanjutkan kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]
Teen Fiction"Omong-omong, ayah Lo sebegitu sukanya sama diksi bahasa Indonesia, sampai-sampai nama Lo dari kutipan diksi dan sansekerta? Aneh banget! Lagian Lo, suka kok sama tulisan?" "Eh, Lo ga nyadar apa emang tolol? Nama Lo juga banyak diksi nya. Dan asal L...