k: Estungkara

4 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aarav berlari kecil ke rooftop sekolah. Penasaran mengapa gadis itu mengajaknya bertemu.

"Syahida," panggilnya saat sudah sampai di rooftop. Syahida yang mengarahkan pandangannya ke bawah, kini menatap langit siang. Dibalikkannya badannya mengahadapi lelaki yang ia ajak untuk bertemu.

Aarav ingin lebih mendekat, namun Syahida dengan segera membuat tanda agar lelaki itu tetap di posisinya. Berada di ambang pintu.

"Why? Ada yang bisa gue bantu?"

Aarav langsung bertanya membuat Syahida menyunggingkan bibirnya membentuk senyum tipis.

"Bu Sri. Lo, tau?"

Kini Aarav yang tersenyum tipis mendengar pertanyaan Syahida. "Enggak."

Jawaban Aarav membuat wajah Syahida memerah. Menahan kesal. Matanya kini menatap Aarav dengan tajam.

"Bukan ga tau, tapi ga peduli." Syahida berucap dingin.

Kini tawa Aarav terdengar membuat Syahida mengernyitkan dahinya. "Putra bu Sri di rumah sakit. 3 tahun lebih kurang, anak itu berada di ruang rawat. Sesekali memasuki ruang UGD dan ICU. Setiap hari, Bu Sri tak pernah absen untuk mengecek anak nya melalui handphone."

Aarav menghentikan ucapannya, menatap lekat Syahida yang tampak penasaran dengan lanjutan ceritanya.

"Suaminya sudah meninggalkan nya sejak usia putra nya tiga bulan. Bu Sri tak memiliki kerabat satupun. Dia hanya mempunyai dua anaknya. Penyakit yang diderita putranya membuatnya harus lebih giat bekerja. Pulang dari sekolah, bekerja di sebuah warung makan hingga larut malam. Tak ada waktu untuk bermain dengan putra dan anak perempuannya. Waktu di sekolah, ia manfaatkan untuk mengajak anaknya berinteraksi. Tak di semua kelas, hanya beberapa yang memang sudah ia ajak berkerjasama."

"Lalu?" Syahida bertanya cepat. Aarav menatap dengan bingung.

"Lalu?" Tanya nya balik.

"Bu Sri ga ngomong apapun pada siapapun disini. Dia memiliki sifat yang pemendam. Tapi menurut gue, ga mungkin ga ada satu guru pun yang tahu mengenai hal ini. SMA Ugahari, ada banyak ketidakpedulian di dalamnya. Correct?"

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang