Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!
Sarapan kali ini begitu istimewa bagi Syahida. Harum masakan ini, sungguh dia tau dalangnya.
"Ayahhh!!" Seru gadis itu memeluk pelan ayah nya dari belakang.
"Syahida," Yama berbalik, balas memeluk putrinya.
"Pak Tua, gadis ini merindukanmu." Wajah Syahida memelas.
"Hm, kau ini. Kita berpisah bahkan belum dua bulan." Syahida melotot kan matanya tajam demi mendengar itu.
"Jadi, Ayah tidak merindukan, ku?" Yama tertawa mendengar pertanyaan putrinya itu.
"Aku juga merindukanmu, Putriku. Ayo, duduklah." Yama menarik salah satu kursi di meja makan tersebut. Menyuruh putrinya untuk duduk.
"Wah, jadi putri dan ayah ini sudah bertemu?" Arta datang bersama putranya.
Keempatnya kini sudah duduk nyaman di kursi masing-masing. "Ayo kita makan dulu." Semuanya mengangguk. Aarav memimpin doa lantas semua menikmati makanan yang telah Yama siapkan. Sebenarnya, tangan Arta juga ada di masakan tersebut.
"Ayah, muasakanmu sang--gat lez--zat."
"Astaghfirullah. Syahida, makan dulu makanan yang ada di dalam mulutmu dengan benar." Tegur Yama melihat kelakuan putrinya itu.
Syahida menelan makanannya dengan cepat. Meneguk air lantas menunjukkan cengirannya.
"Maaf, Ayah." Yama mengangguk sedangkan Arta geleng-geleng kepala sembari tersenyum. Sedangkan Aarav, jangan tanyakan remaja itu. Dia serasa hendak menyemburkan tawanya mendengar Syahida di tegur oleh ayahnya.
"Dasar, Gadis Sastra." Batinnya tak habis pikir dengan gadis itu.
"Ayah dengar, kau akan pergi ke luar kota untuk mengikuti perlombaan."
Kini, ruang keluarga yang mereka tempati. Ada beberapa menit sebelum akan berangkat sekolah. Syahida juga meminta tolong pada mbok Ani yang telah kembali tadi malam untuk menggantikannya mencuci piring.
"Iya, Ayah."
"Tapi Syahida, Ayah minta maaf, perlombaan kali ini, Ayah tak bisa melihatmu. Bukan karena berbeda kota, tapi Ayah ada urusan beberapa hari ini di kota tempat ibu mu di makamkan. Kau tidak apa 'kan?" Syahida tersenyum mendengar penuturan Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]
Teen Fiction"Omong-omong, ayah Lo sebegitu sukanya sama diksi bahasa Indonesia, sampai-sampai nama Lo dari kutipan diksi dan sansekerta? Aneh banget! Lagian Lo, suka kok sama tulisan?" "Eh, Lo ga nyadar apa emang tolol? Nama Lo juga banyak diksi nya. Dan asal L...