s: Tuduhan

11 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa lagi ini rame-rame?"

Syahida yang tengah berjalan di koridor dengan Lisa, menjadi heran saat melihat ramainya orang berkelompok mengecek ponsel masing-masing sambil berseru-seru.

"Emang Ara ga tau? Kabar ini viral dari tadi pagi di website sekolah." Ucapan Lisa semakin membuat Syahida bingung.

"Kabar apa?" Tanyanya lagi.

Lisa menarik Syahida agar lebih dekat dengannya. Berucap tepat di telinga Syahida.

"Pak ketua komite menggelapkan uang."

Syahida menjauhkan Lisa darinya dengan cepat. Merasa terkejut bercampur kesal dengan ucapan Lisa.

"Jangan ngada-ngada, Sa."

"Lisa ga ngada-ngada, Ra. Emang kek gi—"

"Arghh!"

Syahida meninggalkan Lisa. Berjalan menembus keramaian di tengah koridor menuju tangga. Menaiki tangga tersebut, berjalan ke pojok ruangan demi mendapatkan pintu.

Rooftop.

Brukk

"Aarav!"

Benar saja, remaja itu berada disana. Menghadap ke jalanan kota Jakarta. Membiarkan smilir angin menyentuh kulitnya. Baju yang dikeluarkan, dasi yang sudah compang-camping, membuat aura badboy nya keluar.

"Insting yang bagus." Ucap Aarav tak membalikkan tubuhnya. Masih berdiri di posisinya semula.

Syahida mendekat. Berdiri di sisi kanan Aarav.

"Gue percaya sama tuan Daksa."

Aarav tersenyum mendengar ucapan Syahida.

"Lo udah lihat apa yang tersebar?" Tanya remaja itu pelan di balas gelengan oleh Syahida.

Aarav tertawa sedikit lebih kencang. Mengusap wajahnya.

"Dasar gadis naif. Belum lihat apa yang viral itu, tapi udah bilang kek gitu. Ayo duduk!"

Keduanya duduk. Tetap bersisian dengan jarak beberapa cm. Menjatuhkan kaki ke bawah.

"Aarav, ini gue."

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang