Y: Salah Siapa?

9 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Mata Syahida berbinar kala melihat banyaknya makanan yang terhidang di meja makan berukuran besar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Syahida berbinar kala melihat banyaknya makanan yang terhidang di meja makan berukuran besar itu.

"Udah sholat maghrib?" Tanya Arta melihat pasangan itu telah sampai di ruang makan. Syahida dan Aarav mengangguk kompak menjawab pertanyaan Arta.

"Mari duduk, kita akan mulai makan malam nya." Titah Arta dan langsung dituruti oleh dua remaja itu.

Syahida dan Aarav duduk bersampingan, sedangkan Arta duduk di ujung meja makan. Sebagai kepala keluarga.

"Syahida, anggap rumah ini sebagai rumah mu sendiri, ya? Katakan jika kau merasa ada sesuatu yang mengganjal."

"Iya, Om-eh, iya, Pa." Syahida mengangguk kaku. Menunjukkan senyum tipisnya.

Arta juga turut tersenyum melihat tingkah menantunya itu. Lain dengan Aarav yang menampilkan senyum masamnya. Sedikit khawatir akan tingkah Syahida. Tapi, tidak-tidak. Ini Syahida, gadis itu jelas tau bagaimana harus bersikap dan berbicara.

"Aarav, pimpin doa nya." Aarav mengangguk dan langsung menampung tangan untuk ia rapalkan doa makan tersebut.

Makan malam itu terasa hikmat. Tak ada pembicaraan yang berarti. Hanya pertanyaan sederhana Arta tentang rasa masakan tersebut di lidah Syahida. Setelahnya, hanya keadaan hening yang menyergap. Hanya ada dentingan sendok yang beradu dengan piring.

"Ayah, rindu tumis kangkung, ayah."

Belum penuh satu hari gadis itu meninggalkan ayahnya, tapi ia sudah sangat merindukan ayahnya itu. Terutama masakan.

"Syahida, ada apa? Apa kau kurang suka dengan masakan nya?" Arta bertanya. Pasalnya piring nya dan Aarav sudah licin, tapi Syahida, piring gadis itu masih berisi setengah makanan.

Arta memang selalu mengajarkan putra nya untuk selalu menghargai makanan. Maka sebab itu, mereka selalu menghabiskan makanan mereka. Tak bersisa. Makan sebutuhnya saja.

"Enak kok, Pa." Lantas Syahida berusaha menyuap makanan nya kembali.

Arta dan Aarav saling tatap. Mengerti akan keadaan itu.

"Syahida, mau kemana?"

"Mau cuci piring nya, Pa."

"Ada mbok Ani yang bakal beresin ini semua, Nak." Arta berkata pelan.

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang