p: Selesainya Misi II

9 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brakkk

Pintu di tendang dengan keras. Gudang kosong berdebu itu menjadi saksi bisu mereka malam ini.

"Udah selesai bicara tentang ayah dan papa kalian, hm? Mentang-mentang ayah dan papa kalian bersahabat, kalian juga bersahabat."

Syahida mengerutkan keningnya. Benarkah? Dan suara itu—Pak Ardan?

"Ya, ini Saya." Ardan membuka penutup wajahnya. Syahida terlihat sedikit terkejut, berbeda dengan Aarav dengan ekspresi datarnya—Ia sudah menduga dalang dibalik ini semua.

"Kalian pikir apa? Saya akan tinggal diam dengan perilaku kalian yang merugikan, Saya? Begitu?!!" Pak Ardan menyentak, namun tak membuat keduanya takut.

Syahida terkekeh pelan. Sepertinya ia paham, bahwa pak Ardan sudah diberikan tindakan oleh pihak sekolah. Melirik ke Aarav sekilas, gadis itu berkata, "Wahh, sungguh miris, Pak. Kami juga hanya bertindak untuk menghentikan sesuatu yang merugikan kami. Dalam hal itu, malah ada banyak pihak yang dirugikan. Tapi bapak, bapak juga marah sebab dirugikan." Syahida berkata datar dengan senyum masam dibibirnya.

"Padahal bapak lah yang memulai kegiatan rugi-merugi ini!!" Sambung Syahida kehilangan control hingga berkata dengan volume yang kuat.

"Berani kamu berbicara dengan nada tinggi seperti itu sama Saya, heh?!!" Ardan lebih mendekat ingin mencengkram dagu Syahida namun dengan cepat gadis itu memalingkan wajahnya.

"Jangan berani bapak sentuh Saya dengan tangan kotor bapak itu!" Desis Syahida.

Ardan mengeram, dengan lebih cepat mengambil dagu gadis itu untuk ia cengkram. "Lepasin tangan bapak dari dia!!" Aarav berseru merasa geram saat Syahida terlihat kesakitan.

"Rasain, kamu!!"

Cwihh

Syahida berludah tepat sasaran mengenai punggung tangan Ardan. Pria itu kesal bukan main.

"Berani kalian sama Saya, heh?!! Kamu, kamu hanya mengandalkan bapak kamu yang ketua komite itu 'kan?!!" Ardan menunjuk Aarav dengan suara besarnya.

Syahida mematung di tempatnya. Aarav anak ketua komite?

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang