N: Penerangan II

13 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra!!"

Lisa hilang timbul di permukaan. Syahida dengan gesit berenang, menyelam, membawa tubuh rapuh itu ke tepian. Tak ada yang berniat menolong, hanya menjadikan tontonan dan bahan gosipan.

"Lo, gapapa?" Tanya Syahida cemas. Untung saja Lisa tidak meminum banyak air, sehingga gadis itu tidak pingsan dan masih bisa bernafas dengan normal.

"Lisa gapapa, Ra. Makasih udah nolongin, Lisa," jawab Lisa sembari tersenyum tipis. Keduanya duduk di bangku pinggir kolam.

Syahida memerhatikan sekitar. Semua masih terlihat asik, seperti baru saja tidak terjadi sesuatu. Tak ada orang dewasa yang terlihat.

"Em—Lisa?"

"Iya? Kenapa, Ara?"

"Apakah setiap kalian berenang, situasinya seperti ini? Maksud gue—Pak Ardan ga disini dan—"

"Iya, Ara." Lisa menjawab cepat. Dia tau maksud temannya ini.

"Pak Ardan emang selalu begitu, katanya pergi sebentar karena ada urusan, terus ga balik-balik lagi kesini. Kalo di tanya, ia bilang ada urusan yang penting. Saat ujian, di situ baru kita praktek, itupun ga semua murid, katanya dia ada urusan mendadak."

Syahida mengetukkan jarinya ke dagu. Berpikir. "Apakah kelas X, kalian ujian nya berenang juga?"

"Iya, Ara. Kita seperti ini dari kelas X. Dari sejak awal masuk." Pemberutahuan Lisa membuat syahida tak abis pikir. Ini salah. Setiap tahun materinya sama?

"Baiklah. Pak Ardan, bapak calon masuk ke dalam kategori bedebah di hidup, Saya."

ʘ⁠‿⁠ʘ✈️ʘ⁠‿⁠ʘ

Malam di rooftop sebuah cafe minimalis. Kelima remaja itu berada disana. Menikmati angin malam ditemani secangkir seduhan cokelat panas. Menikmati malam kota Jakarta.

Dari lantai dua, dapat dilihat pemandangan jalan kota Jakarta. Hilir mudik pengendara bergantian menggunakan aspal untuk sampai ke tujuan mereka masing-masing.

"Woy, prend!! Lihat ini! Gue dapet kiriman puisi cinta dari gebetan, gue." Tofan berucap dengan riang nya, memperlihatkan layar ponselnya kepada semua temannya.

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang