IPPKK 57: Penyakit Hati

8 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

"Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak akan percaya itu."

Khalifah keempat umat muslim, sepupu sekaligus menantu dari Nabi Muhammad Saw. Ali Bin Abi Thalib.

*****

Syahida mengepalkan tangannya erat kala kegiatan itu akan segera dimulai. Haruskah ia menang di seleksi ini? Argh. Mengapa pula dia seperti lemah sekarang? Dulu, ia tak pernah di tawarkan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dan sekarang, lihatlah!

Tidak, ini jelas menjadi salah satu impiannya. Ayahnya akan bangga jika dia menjadi pemenang puisi tingkat kota tersebut. Baiklah. Syahida siap untuk menunjukkan pada dunia. Ia ada.

"Kalian bebas menulis puisi dengan tema apapun. Menulis lah se kreatif mungkin. Ungkap, tuangkan apa yang ingin kalian katakan, tunjukan, pada dunia. Kalian mengerti?"

"MENGERTI, BU!" Sekitar 20 murid dari SMA Ugahari berada di perpustakaan untuk mengikuti seleksi tersebut.

Syahida menghela nafasnya panjang. Mulai membayangkan sosok tersebut ada di depannya. Tersenyum, menatapnya bangga. Kening gadis itu tampak berkerut kala di bayangannya muncul seseorang.

"Aarav?"

Syahida membuka matanya seketika. Mengapa Aarav ada dibayangannya? Menatap keluar perpustakaan untuk menetralisir kan dirinya.

Tunggu. Itu benar-benar Aarav. Mengapa ia berada di ambang pintu?

"Permisi. Maaf, Saya telat, Bu." Rian menyembul dari tubuh Aarav yang menghalangi pintu.

"Iya, Rian. Tidak masalah. Ayo masuk dan mulailah." Guru itu tersenyum.

Rian masuk setelah melakukan tos dengan Aarav. Ya, Aarav hanya mengantarkan Rian sebentar.

Tatapan Syahida terkunci oleh mata hitam legam milik Aarav yang juga menatapnya.

"Semangat."

Syahida tersenyum kala mengerti arti gerakan dari bibir Aarav.

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang