Q: Rumah Sakit

2 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

"Yama, tenanglah!" Arta turut cemas kala Yama berjalan mondar-mandir di depan ruangan perawatan Syahida

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Yama, tenanglah!" Arta turut cemas kala Yama berjalan mondar-mandir di depan ruangan perawatan Syahida.

Yama mendudukkan bokongnya di samping Arta. Bagimana pun, ia tak boleh terlalu terlihat khawatir. Bukan hanya dia yang cemas disini. Orang yang juga berada di depan ruangan itu juga pasti sama cemasnya dengan dia.

Aarav, remaja itu berjongkok di sudut depan ruangan Syahida. Menghela nafasnya berat. Satu cairan bening terjatuh dari sudut matanya. Mengapa bukan dia saja yang tertembak tadi? Kenapa harus gadis itu?

"Aarav, minum dulu." Abi menyerahkan satu botol minuman. Setelah mengurus sesuatu di tempat kejadian tadi, mereka turut menyusul ke rumah sakit. Aarav membutuhkan teman-temannya.

"Ga haus."

"Bohong. Bibir Lo pucat itu." Sergah Rian dengan cepat.

Aris dan Tofan terdiam kini. Tak ada candaan yang keluar dari dua lelaki yang memiliki selera humor tinggi itu.

"Gue cuma mau ngeliat dia senyum lagi." Aarav terisak pelan tiba-tiba.

Abi menghela nafasnya, semakin mendekatkan diri untuk ia dekap sahabatnya itu. Rian juga kian mendekat begitu juga Aris dan Tofan. Keempatnya memberikan kekuatan pada Aarav.

"Everything will be fine. Trust me!"

Pintu ruangan dibuka membuat semua atensi orang disana beralih pada dokter perempuan itu.

"Dokter, bagaimana putri, Saya?"

"Putri bapak kehilangan banyak darah sebab keterlambatan yang lumayan, sehingga membuat kondisi anak bapak memburuk. Kami memerlukan beberapa kantung darah."

"Ambil darah Saya, dok. Saya ayahnya." Yama berkata cepat, tak ingin memperlambat proses.

"Baiklah. Tapi bapak harus diperiksa dulu. Apabila memungkinkan baru kita akan mengambil darah bapak dan melakukan transfusi darah."

Yama mengangguk. "Mari, Pak!" Mengikuti arahan suster, Yama mengikuti langkah suster itu.

Kepergian Yama membuat suasana canggung di depan ruangan rawat itu. Arta menoleh pada putra nya yang kini tengah menempelkan kepalanya pada pintu ruangan.

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang