a: Mula Kisah

19 2 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎧Kamu Cantik Kamu Baik - Lyla🙌

"Syahida, Ayah sudah mengurus semuanya. Besok kau sudah mulai sekolah, di Jakarta."

"Sudah di duga."

"Sya!"

"I-iya, Yah."

"Ada apa? Apa ada masalah?" Yama bertanya melihat anaknya yang terlihat sedikit berbeda.

"Tidak, Yah. Hanya sedikit terkejut saja. Bagaimana ayah sudah menyiapkannya? Maksud Sya—"

"Ayah, paham. Tapi kau tau ayah mu ini, bukan?" Yama memotong ucapan Syahida.

"Iya, Syahida, paham."

Yama tersenyum melihat putrinya itu. "Sudah tidurlah. Besok bangun dengan semangat. Seragam dan segala perlengkapan sekolah mu, sudah ayah siapkan dengan baik."

"Terimakasih, Ayah. Selamat malam. Aku menyayangimu."

"Selamat malam. Dan ayah juga menyayangi, mu."


ʘ⁠‿⁠ʘ✈️ʘ⁠‿⁠ʘ

"Enghhh," lenguh seorang gadis yang hendak mendapatkan kesadarannya kembali.

Teringat sesuatu membuatnya sontak terbangun. "Astaghfirullah. Gue hari ini udah mulai sekolah lagi." Bergegas ke kamar mandi dengan rambut yang acak-acakan. Seperti singa.

"Uh, segarnya." Ucap gadis itu seraya menggesek-gesek handuk ke rambut hitam panjang nya.

"Ayah memang terbaik. Ayah siapa dulu? Ayah nya Syahida gitu, lho." Ucapnya bangga kala melihat segala hal yang ia butuhkan sudah berada di lemari.

Usai sudah persiapannya, gadis itu melangkah keluar dari kamar. Memanggil sang ayah namun hanya keheningan yang ia dapat. Ke ruang tamu, dapur, tak juga ia temukan sosok hebat itu.

Namun, selembar kertas di meja makan membuatnya tertarik. Membaca dan memahami.

Syahida, maaf, Ayah tidak bisa menemani mu ke sekolah baru, bahkan untuk sekedar sarapan. Tapi, nasi goreng kesukaan mu sudah tersedia di bawah tudung saji. Jadi, Monggo di nikmati. Salam hangat dari Ayah mu yang tampan ini.

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang