n: Ketemu Ayah

8 0 0
                                    

Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)

Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinnn

Aarav membunyikan klaksonnya saat telah bersisian dengan Syahida. Syahida mendengus kesal melihatnya.

"Bisa diem ga, Lo?!"

"Bisa. Kalo Lo udah naik ke motor, gue."

Syahida memutar bola matanya malas. Menghentikan dua kakinya untuk melangkah.

"Lo bicara apa, sih?!"

"Syahida, ayo gue antar pulang. Udah mau jam sepuluh. Ga ada angkutan umum yang akan lewat lagi."

Aarav benar juga. Tapi bagaimana? Jika tidak sangat ingin membeli printilan Boboiboy tadi, dia tidak akan ke minimarket itu. Minimarket yang jauh dari rumah nya.

"CK." Syahida bergegas naik ke motor Aarav. "Ayo jalan!"

Aarav tersenyum tipis. "Pegangan!"

"Jangan modus, Lo," tegas Syahida.

"Siapa yang modus? Pegang jaket, gua. Gua mau ngebut, biar nyampe lebih cepat. Lo ga mau berduaan lebih lama dengan gue, 'kan? Tapi kalo Lo mau lama-la—"

Aarav menghentikan kalimatnya kala Syahida memegang jaketnya dengan penuh emosi. Ia tau itu. Pegangan itu sangat erat, bahkan Syahida sedikit menariknya agar Aarav tau dia sedang kesal.

"Jangan kesal gitu. Makin jelek muka, Lo." Aarav menatap wajah gadis di belakangnya melalui kaca spion. Berusaha menggurau gadis itu.

"Jangan sok kegantengan. Ayo jalan!"

Aarav tertawa, membuat Syahida semakin mendengus kesal. "Jalan atau gue turun!"

"Opss, iya-iya. Santai dong." Aarav menghentikan tawanya, bergegas menghidupkan motor, lalu melaju membelah jalan padat kota Jakarta.

Tak ada percakapan di antara keduanya saat di motor. Menikmati angin malam yang berembus, menembus kulit, membuat bulu kuduk berdiri, kedinginan. Sesekali keduanya bersisitatapan melalui kaca spion, kala Aarav melirik Syahida dan tak sengaja dibalas oleh Syahida. Gadis itu menatap Aarav dengan tatapan galak.

Motor sport itu telah berhenti di halaman minimalis milik Syahida. Gadis itu membulatkan matanya saat melihat sang ayah telah berdiri di teras. Menunggu kepulangannya.

Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang