Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya.
(H.R. Muslim)Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an.
(H.R. Muslim)Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf.
Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!
"Syahida, bagaimana hari pertamamu bersekolah di Jakarta?"
Yama yang baru saja tiba di rumah pada pukul sembilan malam, langsung mengajak putrinya bicara. Kini keduanya tengah berada di meja makan yang berada di dapur. Rumah sederhana itu tak memiliki banyak ruang. Hanya dua kamar tidur, ruang keluarga yang merangkap menjadi ruang tamu, juga hanya ada sepetak dapur, lengkap dengan peralatan seadanya di sana. Seperti meja makan yang terbuat dari kayu, yang juga turut berada di dapur sederhana itu.
Dan omong-omong, Ayah dan anak itu lebih nyaman mengobrol di dapur, tepatnya meja. Entah mengapa.
"Baik, Ayah. Semuanya lancar." Syahida menjawab riang.
"Jadi, sudah berapa rekan bisnis baru, mu?" Yama bertanya sembari menaikkan alisnya. Syahida, gadis itu hanya diam tak berniat menjawab pertanyaan sang ayah.
"Ayah..."
"Niskala!"
Yama memotong ucapan Syahida. Demi mendengar panggilan itu, Syahida menundukkan kepalanya.
"Ayah tidak meminta mu untuk berkerja di usia sekarang. Apalagi dengan memanfaat kan ilmu, mu. Tapi Ayah juga tak bisa melarang, mu. Sebab Ayah tau, kau memiliki alasan tersendiri untuk berbuat seperti itu." Yama menjeda ucapannya.
Menghela nafas perlahan, lalu kembali bicara. "Ayah hanya minta, jangan jadikan itu menjadi batasan untuk dirimu maju. Ayah tak punya masalah dengan yang kau lakukan. Ayah hanya sedikit sedih, saat kau meminta maaf karena tak bisa memenangkan suatu lomba, padahal karena memang kau tak mengikutinya. Kau lebih memilih untuk membantu teman, mu."
"Ayah, maafin Syahida. Setiap orang tua pasti ingin anak nya maju ke suatu panggung untuk menerima piala, tapi ayah sangat jarang melihat aku maju ke panggung atau melihat aku memegang piala." Syahida berkata dengan sedikit isakan yang keluar dari mulutnya.
Tak jarang ia melihat ayah nya di antara kerumunan orang tua lain yang mendengarkan pengumuman perlombaan. Terkadang Syahida tak berkesempatan untuk memberitahu ayahnya, bahwa ia tak ikut lomba. Tapi, Yama, dia hampir selalu tau saat ada lomba di sekolah Syahida, dan ia juga hampir selalu datang. Tak peduli apakah anaknya turut lomba ataupun tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Putra Pak Ketua Komite [TAMAT]
Novela Juvenil"Omong-omong, ayah Lo sebegitu sukanya sama diksi bahasa Indonesia, sampai-sampai nama Lo dari kutipan diksi dan sansekerta? Aneh banget! Lagian Lo, suka kok sama tulisan?" "Eh, Lo ga nyadar apa emang tolol? Nama Lo juga banyak diksi nya. Dan asal L...