"Omong-omong, ayah Lo sebegitu sukanya sama diksi bahasa Indonesia, sampai-sampai nama Lo dari kutipan diksi dan sansekerta? Aneh banget! Lagian Lo, suka kok sama tulisan?"
"Eh, Lo ga nyadar apa emang tolol? Nama Lo juga banyak diksi nya. Dan asal L...
Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya. (H.R. Muslim)
Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an. (H.R. Muslim)
Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf. Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.
Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Allah... Lindungi pak tua itu. Jika sampai ada sesuatu yang terjadi padanya, aku harus berusaha hidup dengan sangat mandiri." Doa Syahida sembari berjalan terburu-buru menuju ruangan tempat ayahnya dirawat.
Ckelekk
Pintu terbuka, menampilkan pria paruh baya yang tengah berbaring di brangkar dengan menggunakan alat bantu pernafasan.
Syahida menatap ayahnya dengan matanya yang sudah berkaca-kaca, sedangkan ayahnya itu malah tersenyum.
"Hei, apa kau hanya akan melihati ku saja, heh? Begitu? Kemarilah! Ayah merindukan pelukanmu."
Syahida berlari kecil, menghampiri raga tua itu. Mendekap sang ayah.
"Apa ini, Ayah? Kau pergi dua hari tak pulang, lalu pihak rumah sakit mengabari, ku. Apa yang membuat Ayah terbaring disini?" Syahida bertanya diiringi isakan kecil.
"Ayah hanya mengalami kecelakaan kecil. Tenang lah. Maafkan Ayah yang membuatmu khawatir. Apa ayah menganggu mu yang sedang menonton Boboiboy?"
Apakah ayah nya ini harus bergurau di saat seperti ini?
"Ayah seribu kali lebih penting dari suami, ku." Ucap Syahida membuat Yama menunjukkan ekspresi shok.
"Heh, apa ini Syahida? Kau tak mengundang ku menghadiri pernikahan, mu? Siapa yang sudah menikahkan kalian, hm?"
Syahida tertawa pelan mendengar ayahnya. Walau dengan alat bantu pernafasan, ayahnya masih berusaha berbicara dengan pasih dan berusaha agar di dengar olehnya dengan jelas.
"Syahida, ceritakan sekolah mu hari ini!"
Malam itu mereka habis kan dengan mengobrol ria. Lelah dirasa, Syahida tertidur di bangku tepi brankar ayahnya.
"Ayah tidak akan pergi untuk selamanya sebelum ayah tenang melepaskan mu dengan seseorang yang ayah percayai."
...
Aarav berjalan melewati kelas Syahida di les kedua. Dahinya mengernyit bingung tak melihat sosok yang ia sebut 'gadis sastra'.