"Omong-omong, ayah Lo sebegitu sukanya sama diksi bahasa Indonesia, sampai-sampai nama Lo dari kutipan diksi dan sansekerta? Aneh banget! Lagian Lo, suka kok sama tulisan?"
"Eh, Lo ga nyadar apa emang tolol? Nama Lo juga banyak diksi nya. Dan asal L...
Bacalah Al-Qur'an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan pertolongan kepada pembacanya. (H.R. Muslim)
Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kaum-kaum dengan Al-Qur'an dan menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Qur'an. (H.R. Muslim)
Jangan lupa basahi bibirmu hari ini dengan membaca Al-Qur'an, walau hanya satu huruf. Basahi juga bibirmu dengan berzikir, memuji nama Allah dan ucapkan lah sholawat.
Itu akan sangat berguna untuk hidup, mu!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Empat hari setelah terdengarnya kabar bahwa pesawat yang Syahida tumpangi, kecelakaan. Belum ada kabar baik dari pihak yang bersangkutan. Pencarian masih terus dilakukan di area jatuhnya pesawat. Ya, lokasi pesawat jatuh memang diketahui, namun ramai orang yang masih belum ditemukan. Salah satunya, siswi SMA Ugahari. Estungkara Aisyahida Niskala.
Sejak Yama mendengar kabar pasti bahwa putrinya memang berada di pesawat yang terjatuh tersebut, ia tinggal di rumah Arta. Pria itu yang menyuruhnya. Agar senang jika ada kabar dari pihak yang bersangkutan.
Bausastra Aarav Daksa, remaja itu kini tengah memandang hamparan air di tepi pantai. Senja kala itu tampak indah, namun perasaan Aarav, berbanding terbalik dari senja yang menawan itu.
Hening. Aarav larut dalam keheningan sembari menatap matahari yang hampir tenggelam.
"Apa ini, Syahida? Lo bahkan belum tau apa impian, Gue. Dan Lo udah mau ninggalin, Gue?" Remaja itu meracau seorang diri.
"Lo bilang, Gue ga adil karena ga ngeliat Lo waktu pergi. Lo bilang, saat Lo balik Lo bakal ngasi Gue pelajaran. Nyatanya? Seharusnya Lo hari ini udah pulang dari kegiatan itu dan ngasi Gue pelajaran. Tapi apa?"
Aarav melempar batu-batu kecil ke dalam laut. "Lo yang ga adil!" Pekiknya.
Menunduk, tak sanggup rasanya memandang laut yang telah menelan istrinya.
"Laut! Jika memang nyawa istri gue udah Lo telan, tolong, jangan telan raganya juga. Biarin Gue melihat raga istri Gue untuk yang terakhir kalinya. Dan—" nafas remaja itu tercekat di tengah teriakannya. Ada banyak sesak yang bersarang di dadanya.
"—dan memakamkannya dengan baik dan layak." Teriak Aarav lebih kuat, melepas sesak di dadanya. Cairan bening itu perlahan jatuh, membasahi kedua pipi remaja yang memakai kaos oblong berwarna hitam itu.
Matahari telah tenggelam membuat bumi di landa kegelapan.
"Syahida, tolong jadilah seperti senja. Ia mengalah pada malam hanya untuk mengisi bumi kembali di pagi hari. Kembali, pulanglah, seperti senja yang selalu datang kembali walau berkali-kali telah lenyap."
Mengahapus air mata dari pipinya, remaja itu memutuskan untuk mengakhiri cerita sore ini. Bergegas, kembali pulang hanya demi merenungi bahwa hidupnya telah kosong kembali.