Taruhan?

609 53 3
                                    

Pagi yang indah ini hari senin yang dibenci ramai murid-murid karna bagi mereka adalah hari upacara panas panasan di bawah terik matahari.
Karna mereka akan kelapangan untuk menyanyikan lagu dan kegiatan lainnya sehingga 3 jam lebih.

Selesai upacara mereka langsung masuk ke dalam kelas masing-masing karna sebentar lagi jam pertama pelajaran akan segera dimulai.

Dikelas A semua murid-murid yang dikelas A itu sedang menulis soalan yang diberikan oleh guru mereka.
Tidak ada suara hanya suara burung yang ada disana sangat hening karna mereka fokus akan soalan yang susah itu.

Sedangkan dikelas B menulis materi yang diberikan.

Kringgg kringgg

Bel istirahat sudah berbunyi 3 minit lalu kini keempat anak fathir sedang berada di kantin kecuali naura karna ia memutuskan untuk ke rooftop makan bersama pacarnya dika.

" Nau lo beneran mau ke rooftop " ujar gibran.

" Iya lah gib " ujar naura.

" Nau gue mau ngomong sesuatu " ujar rasya.

" Ngomong apa cepet! Gue gak punya banyak waktu "

" Dika mau jadiin lo sebagai taruhan karna itu lo dijadiin pacar "

" Gue gak percaya sebelum lo kasih gue bukti " ujar naura lalu meninggalkan gibran dan rasya.

" Sabar bro " ujar gibran mengelus pundak rasya.

***

Saat naura hendak sampai di rooftop ia mendengar suara anak the beast dan pacarnya.

" Heh dik gimana tuh cewek lo " ujar Lifa.

" Aman dia percaya sama gue bahkan udah 3 bulan lebih gimana berarti mana uang nya kita kan taruhan nih" ujar dika.

" Ck. Ini ambil " ujar didi menghulurkan black card ke tangan dika, dika tentu mengambilnya.

" Huh akhirnya anak sok keren itu bisa kita permainkan " ujar Kim.

" Iya dong oiya dik jangan lupa putusin naura " ujar hassan.

" Iya udah mending kalian pergi sebelum naura kesini " ujar dika dibalas dengan anggukan geng the beast.

Tidak lama dari itu naura datang dengan senyuman miris tetapi tak disadari oleh dika.

" Halo sayang " ujar dika merentang kan tangannya.

Plakk

Naura menampar pipi mulus dika.

" Naura! Kenapa kamu menampar aku " tanya dika sambil mengelus pipinya.

" Kamu tanya kenapa aku nampar kamu, cihh basi " ujar naura mengibas tangannya yang menampar dika tadi " Gue mau kita putus " lanjutnya lalu meninggalkan dika sendiri.

" NAURA! "

" Sial " guman dika.

***

Naura berjalan menuju ke kantin untuk menghampiri keempat saudaranya dengan air mata yang membasahi pipinya banyak murid-murid yang melihat dan berbisik-bisik namun ia tak menggapinya.

" Nau lo kenapa " ujar adara sambil membantu naura untuk duduk.

" Iya kenpa lo nau kok nangis " tanya gibran.

" Lo disakitin sama dika nau " tambah irsyad.

Rasya yang terdiam menoleh ke arah naura.

" Sya lo kenapa diam sih naura disakitin loh ! Lo udah janji kekita dulu yang lo akan lindungi semua saudara lo! Tapi ini apa sya! " Ujar adara dengan suara agak tinggi.

Rasya terdiam mendengar penuturan adara kemudian gibran membuka suara.

" Rasya udah bilang sama naura tapi naura gak percaya " ujarnya.

Naura terdiam ia menunduk menangis rasya melihat itu tak tega ia memutuskan untuk melanggar kesepakatan mereka tempoh hari itu rasya memeluk naura yang berada di samping lalu mengusap lembut rambut naura keempat saudaranya yang melihat itu tersenyum tipis.
Untung saja di kantin sudah sepi karna mereka pergi ke lapangan untuk menonton basket.

Tidak lama kemudian rasya melepas pelukan nya ia mengusap air mata yang berada di pipi naura, naura dengan mata berkaca-kaca masih menunduk.
Gibran, irsyad dan adara sudah tak ada disana juga mereka memutuskan untuk kelapangan menonton basket juga.

" Nau lo bukan naura yang gue kenal, naura yang gue kenal gak nangis kayak gini dia kuat banget. Nau lo gak boleh tangisin cowok brengsek kayak begitu " ujar rasya memegang kedua bahu naura.

Naura menatap ke arah rasya ia menyesal kenapa ia tak mendengar ucapan rasya sebelum ia ke rooftop untuk menemui dika.

" Sya " lirih naura ia kembali memeluk rasya, rasya tentu membalasnya.

" Udah nau mending kita ke lapangan buat nonton basket yuk " ajak rasya diangguki naura.

Naura mengenggam tangan rasya erat sambil menunduk berjalan menuju ke lapangan basket.

























Bersambung.......

DIARY RASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang