Teror

432 53 8
                                    

Noah menyuntikkan sesuatu ke tubuh rasya saat rasya sudah tertidur pulas di atas kasurnya. Belum sepenuhnya noah menyuntikkan itu ia kaget karna suara decitan pintu. Buru buru noah mencari tempat sembunyi.

Ceklek

Pintu terbuka lebar menampilkan naura dengan seragam sekolah nya juga membawakan sekotak pizza kesukaan rasya.

" Rasya! " Pekik naura.

Naura mengerutkan keningnya saat tidak ada respon dari rasya untuknya, Naura menghampiri rasya lalu menggoyang goyang kan lengan rasya.

" Rasya! Ishh bangun ! Ini gue bawain pizza " ujar naura nihilnya tidak ada respon.

Naura mulai panik ketika tidak ada respon dari rasya,ia mengecek nadi rasya sontak ia kaget karna denyutan nadinya rasya sangat pelan.

" Gibran! Irsyad ! " Teriak naura.

Gibran yang baru saja mandi seketika kaget mendengar panggilan dari naura ia buru buru memakai bajunya dan kemudian ia menuju ke sumber tersebut.

Sedangkan irsyad sudah berada do kamar rasya dengan membawa seorang dokter yang telah mengeceknya.

" Rasya tidak apa apa, jika saja kalian telat tadi mungkin nyawa rasya tidak ada lagi. Sepertinya ada seseorang yang menyuntikkan sesuatu di tubuh rasya " ujar dokter itu.

" Menyuntikkan sesuatu? " tanya naura.

" Iya seperti nya itu bukan obat biasa, saya juga tidak memastikan nya " ujar dokter yang sering dipanggil vino. Dokter peribadi rasya " Yasudah kalo begitu saya permisi " lanjutnya.

" Saya hanter kedepan dok " timpal irsyad diangguki dokter vino.

***


2 jam kemudian rasya terbangun dari pingsannya. Ia mengerjapkan matanya ketika dia berada di kamar... Tunggu ini dikamar gibran? Kenapa dia berada disini.

" Rasya " panggil seorang gadis.

" Nau? "

" Iya lo gapapa kan " ujar naura khawatir.

Rasya mengangguk pelan " gapapa kepala gue cuman pusing dikit aja " ujarnya.

" Syukurlah kalo lo gapapa, gue khawatir " cerocos naura.

" Khawatir? "

" Ish! Iya kan khawatir tuh gibran irsyad "

" Iya iya "

" Sya lo disuntikin oleh siapa? " tanya gibran serius.

" Iya kata dokter lo disuntikin sesuatu " sahut irsyad.

Rasya mencoba coba mengingat ia teringat seseorang yang memasuki kamarnya dengan membawa jarum suntikan.

" Seseorang tapi gue gak tau gak jelas " gumamnya tapi terdengar oleh naura.

" Yaudah gapapa kita bantu cari " jawab naura.

Rasya mengangguk " Ohya gue tadi siang dapet teror " ujarnya tiba tiba.

" Teror? " serempak gibran, naura dan irsyad.

" Iya "

" Dari siapa? " tanya irsyad.

" Gue gak tau " balas rasya.

" Kayaknya teror itu bukan orang biasa deh " timpal irsyad.

" Jadi gimana? " lanjut gibran.

" Gue bakalan cari pake alat alat gue " ujar irsyad.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 pagi, keempat bersaudara itu sudah melaksanakan solat subuh sebagai seorang muslim.

Kini rasya, naura, gibran dan irsyad sedang berada di meja makan menikmati sarapan mereka dengan penuh keheningan.

Naura memilih untuk izin hari ini karna ingin memantau rasya, sedangkan gibran dan irsyad memilih sekolah karna suruhan dari naura.

" Kacamata gue mana sih " ujar rasya meraba raba meja makan.

Naura memberikan kacamata buatan irsyad " ini lo tadi taruhnya di ruang tamu sya " ujarnya tertawa kecil.

" Iya lupa " jawab rasya terkekeh ia langsung memakai kacamata itu.

" Lo sih pelupa! " ledek naura.

Rasya cemberut " ya salahin aja penyakit gue " ujarnya.

" Iya iya yaudah yuk kita ke taman aja suntuk gue disini " ujar naura diangguki rasya.

" Eh bentar gibran irsyad mana? " tanya rasya menghentikan langkahnya.

Naura juga menghentikan langkahnya
" Udah berangkat tadi lo aja gak nyadar " ujarnya meledek.

" Ledek aja terus! Ya gue kan pake earphone " jawab rasya.

" Iya iya " ujar naura mengandeng tangan rasya ia membawa rasya ke taman belakang rumah.

Kini kedua sejoli itu sedang berada di taman belakang rumah, keduanya menikmati angin di pagi hari penuh keheningan.

" Nau gue besok sekolah aja ya? Bosen lagian tadi gue udah nelfon papa sama ibu mereka bolehin " ujar rasya memecah keheningan.

Naura hanya mengangguk " iya! Tapi lo harus pake kacamata dan buntutin gue terus biar gue bisa bantuin lo " ujarnya.

Rasya tersenyum ia menyandarkan kepalanya ke bahu naura " bawel banget sih! " ujarnya mencubit pipi naura.

Naura menepis nya " Ihhh sakit tau! " ujarnya mengerucut kan bibirnya.

" Iya iya maaf lo lagian bawel " ujar rasya tertawa kecil.

" Soal teror itu gimana sya? " tanya naura tiba-tiba

Rasya menghentikan tawanya " Dia ngirimin gue tikus mati dengan darah juga sekeping surat " ujarnya lirih.

" Surat? Isinya apa " tanya naura.

Rasya menggeleng cepat " Gue bukan pembunuh nau! " teriaknya beranjak dari duduknya.

Naura bangkit dari duduknya ia mengelus punggung rasya " hei tenang sya ayo duduk lagi " ujarnya lembut.

Rasya menurut ia kemudian duduk kembali menyandarkan kepalanya kebahu Naura " Gue bukan pembunuh mama " lirihnya.

" Iya iya, tenang ya " ujar naura lembut.




















Bersambung.....

Keterlaluan banget sih noah!

Semoga suka guys...

DIARY RASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang