Jadian ajalah?

430 46 2
                                    

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari arah kamar pria yang masih terlelap tidur dengan selimut tebal mengelilit tubuhnya. Pria itu tak kunjung bangun walaupun suara ketukan yang terdengar cukup berisik.

Rasya dengan earphone yang berada di kedua telinganya, ia masih terlelap walaupun suara yang berisik di pintu nya.

" Rasya!!! " teriak adara, geram.

" Kebo banget sih tuh anak " timpal gibran dengan tangan yang bersekap di dada.

Naura yang baru saja keluar dari kamarnya mengernyit bingung " kenapa? " tanyanya dengan handuk yang berada di kepala nya.

" Itu si rasya gak bangun, padahal kita udah ketuk dengan keras " jawab adara.

" Oh "

" Kok oh si nau? " tanya gibran.

" Terus? Lagian ya kan ada kunci cadangan buat kamar kita semua ngapain repot! " sarkas naura.

Gibran dan adara kompak memukul dahi mereka " Lupa " kompaknya.

Naura menggeleng kepalanya lalu mengambil kunci yang ada di balik pintu balkon, diraihnya kunci kamar rasya yang digantung.

" Yaudah biar naura aja yang bangunin kita kebawah dulu nau,  sarapan laper kan dar! " ujar gibran sambari mengangkat alisnya dua memberi kode untuk nara, adara paham.

" I-iya nau bye " timpal adara lalu menarik pergelangan tangan gibran untuk ke lantai bawah.

" Aneh " gumam naura.

***

Perlahan naura membuka knop pintu yang terkunci lalu masuk ke dalam kamar rasya, ia berjalan dengan langkah tak terdengar naura duduk di tepi kasur rasya.

" Sya bangun sya " ujar naura lembut sambil mengoyangkan lengan rasya berharap saudara angkat nya itu bangun.

Naura berdecak " Ck ternyata ini penyebabnya buat dia gak bangun! " lanjut nya kesal.

Naura meraih earphone yang berada di telinga rasya lalu ia mengambil nya naura meletakkan earphone tersebut di laci yang ada di sampingnya. Tiba-tiba ia melihat obat yang begitu banyak naura tidak tahu obat apa itu sehingga terdengar suara lenguhan rasya naura terburu-buru menutup kembali laci rasya. Ia akan itu kepada menanyakan rasya nantinya.

" Bangun sya sarapan " ujarnya tersenyum simpul.

Rasya mengerjapkan matanya " Udah pagi ya " ujarnya.

" Menurut lo? Sore malam "

Rasya menyengir " Yaudah iya sana lo gue mau mandi " ujarnya mengusir naura.

" Lo ngusir gue sya? Ok kalo gitu gue duluan jangan lupa turun ke bawah makan! Setelah ini gue mau nanya sesuatu sama lo! " ujarnya sebelum keluar dari pintu Rasya.

Brak

Pintu kamar rasya tertutup dengan keras oleh naura, rasya meringis.

" earphone gue mana? " tanya pada dirinya sendiri.

Ia mulai panik, rasya takut naura mengetahui fakta sebenarnya kepada yang terjadi kepada dirinya ia mencari cari earphone yang berada di telinga semalam nihil nya ia tak menjumpai nya, sehingga satu tempat yang ia belum cek iaitu laci di samping kasurnya. Rasya berlari kecil menuju ke laci yang berada di samping kasurnya lalu membukanya yang ia dapat adalah earphone nya yang ia pakai semalam.

Pikiran mulai kemana mana ia memikirkan apakah naura tahu obat yang ia konsumsi? Dan apakah naura mengetahui semuanya? Apakah naura juga melihat surat yang mengatakan bahwa dirinya sudah stadium 2? Sehingga suara teriakan dari naura terdengar.

Ia segera meletakkannya ke dalam laci tersebut lalu turun ke lantai bawah untuk sarapan pagi.

*****

" Lama banget lo bang udah lumutan kita disini nungguin lo! " sinis adara adik kesayangan nya.

" Tau ah rasya ngapain aja sih lo di kamar " timpal irsyad.

" Jangan jangan lo menetralkan jantung lo ya! " tambah gibran dibalas geplakan di lengannya oleh adara.

Rasya mengangkat satu alisnya lalu duduk di samping kursi naura " Siapa yang suruh lo pada buat nungguin gue , tinggal makan aja gausah nungguin gue kali! " ujarnya.

" Yeuh santai bre canda, sensi amat lo lagi Pms? " ledek gibran.

" Bacot! "

Naura mengambil sesuap nasi goreng lalu menyuapkan nya ke rasya, rasya yang terkejut membuka mulutnya.

" Makan gausah diladenin! " ujar Naura.

Rasya mengangguk ia kembali membuka mulutnya, naura langsung menyuapkan kembali nasi goreng tersebut.

" Awww sosweet banget sih... Deket tapi gak jadian! " ledek adara sambari menjulurkan lidahnya.

" Jadian aja lah! " timpal gibran dibalas anggukan oleh adara dan irsyad.

Naura dan rasya saling pandang antara satu sama lain sehingga irsyad mengebrak meja membuat kedua nya terkejut.

" Astaghfirullah ngapain sih lo Syad! Kaget gue sumpah pengen copot ni jantung " ujar naura kaget.

" Kalian tuh! Mentang mentang saling suap suapan gue gaada males gue jadi nyamuk! Mending gue ke dapur aja " ujar irsyad beranjak dari duduknya dengan membawa sepiring nasi goreng dan teh hangat.

" Sya makan gue juga makan setelah ini ikut gue ke belakang ada yang mau gue bicarain " ujar naura menatap rasya.

Rasya menganggukkan kepalanya faham " iya iya emangnya apa yang lo mau bilang nau disini kan bisa " ujarnya sambari menggaruk tekuk nya yang tak gatal.

" Gak bisa disini harusnya di belakang aja " ujar naura lagi kesal.

" Bicara apa nau? " tanya adara yang sedari tadi hanya diam.

" Kepo lo! "
























Bersambung....

Apakah naura akan tau tentang penyakit Rasya?
Tunggu di bab selanjutnya...

DIARY RASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang