07. Rahasia Negara

19 3 0
                                    

Sinar matahari menembus masuk ke celah gordeng, membuat sang pemilik kamar menggeliat karena sedikit terganggu.

Exsan menggeram, dia meregangkan ototnya, duduk dengan mata yang masih terpejam, mencoba mengumpulkan nyawanya lagi.

Diam selama beberapa menit, laki-laki itu menggaruk kepalanya dia ambil ponselnya dan melihat jam disana. Masih pukul 07:00 masih ada 20 menit lagi Bel masuk berbunyi.

Dengan santainya Exsan masuk kedalam kamar mandi, tak butuh waktu lama dia sudah selesai. Rambutnya basah, dia mengusak-usak dengan handuk kecil sembari mencari seragamnya. Semalam dia tak sempat untuk merapihkan baju, dia terlalu lelah dan lebih memilih diam di kamar.

Exsan bahkan melewatkan makan malamnya, sebenarnya semalam dia mendengar Jeslyn mengajaknya makan malam tapi karena dia dan perempuan aneh itu tidak dekat Exsan memilih mengabaikan dan tidur saja.

Saat sudah memakai seragam Exsan bergegas turun. Dia menatap pintu kamar Jeslyn yang masih tertutup.

“Kayanya masih tidur,” lantas Exsan berjalan melewati kamar itu. Tapi, saat kakinya sudah berada di tengah-tengah tangga, dia teringat sesuatu. Motornya, benar, dia lupa kalau sekarang dia sudah menikah dan tinggal di rumah Jeslyn.

Exsan berdecak kesal, dia juga tidak punya uang untuk naik taxi atau kendaraan lainnya. Dia lupa membawa dompet dan ATM nya kemarin.

“Apa gue minta duit aja ya ke si Jeslyn? Atau gue pinjam?” monolog nya sembari menggaruk kepalanya.

“Bego banget sih ampe lupa bawa dompet,”

Exsan masih setia berdiri di sini, dia bingung harus apa. Jam sudah menunjukkan pukul 07:17 sebentar lagi gerbang akan di tutup.

“Kalau sekarang gue nggak sekolah, nanti Khatrine nyariin gue. Kemarin kan seminggu udah nggak masuk,” Exsan memerosotkan tubuhnya dia duduk di tangga.

Kepalanya menunduk menatap sepasang sepatunya. Tidak mungkinkan dia minta antar ke Jeslyn? Malu sekali.

Tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepalanya, “Apa gue minta jemput Digo aja yah?! IYA! Gue minta jemput Digo aja,” saat Exsan mengambil ponselnya suara seseorang menginterupsi dia.

“Kamu udah siap?” Exsan mendongkak, melihat Jeslyn yang berdiri dengan piayama tidurnya sembari memegang gelas jus. Ternyata perempuan itu sudah bangun.

Exsan gelapan, dia bingung harus apa.

“Kenapa nggak turun trus makan? Aku udah siapin sarapan buat kamu,” ucapnya sembari menghampiri Exsan.

Laki-laki itu berdeham kembali memasukkan ponselnya, dia berdiri, “Gue mau langsung berangkat aja. Udah mau telat juga,”

Jeslyn melirik arlojinya, “Oh! Kalau gitu tunggu bentar, aku ambil kardigan dulu,”

Saat Jeslyn melangkah maju Exsan segera mencekal lengannya, tidak lama hanya beberapa detik sampai Jeslyn menghentikan langkahnya, “Nggak usah, gue bareng Digo aja. Nanti gue suruh dia jemput gue,” ucapnya lalu turun dari sana.

Jeslyn mengikuti langkah Exsan, “Kalau kamu nunggu Digo, nanti lama lagi. Aku anterin aja,”

“Nggak! Gue nggak mau sampe ada yang tau gue di anterin Tante girang. Nanti yang ada gue dikira simpenan tante-tante,”

Jeslyn menghela napas, benar-benar ya si Exsan. Mulutnya kejam sekali, apa iya Jeslyn terlihat seperti tante-tante?

“Jahat banget dari kemarin nyebut aku tante-tante Mulu,”

Exsan mendengus. Tiba-tiba suara dering ponsel mengalihkan fokusnya, dia melihat nama Khatrine tertera disana.

Exsan meneguk ludah. Kemarin dia dan kekasihnya bertengkar. Ya, itu semua karena Exsan hilang tidak ada kabar.

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang