27. Mengungkapkan

19 4 1
                                    

Sore itu, Exsan menjalani rutinitasnya seperti biasa. Latihan basket untuk turnamen yang sudah dekat seharusnya menjadi fokus utamanya. Namun, pikiran Exsan terus melayang, memikirkan Jeslyn.

Sejak semalam, saat dia tidak berani mengungkapkan perasaannya, semua kata yang seharusnya dia ucapkan hanya kembali terkubur dalam hatinya. Ini membuatnya gelisah, dan konsentrasinya pun berkurang.

"Woy bos! Lo kenapa deh? Keliatan nggak fokus," Digo, menyadari perubahan dalam diri Exsan. "Hah?! Oh! Nggak, gue cuman, gugup aja soalnya udah lama nggak ikut turnamen lagi," jawab Exsan, mencoba menutupi kebingungannya.

Digo menatapnya ragu, tapi akhirnya hanya mengangguk. "Jangan tegang bos, kita pasti menang," tambah Alven, memberikan semangat yang biasa mereka gunakan sebelum pertandingan.

Setelah latihan selesai, Exsan berdiri di sisi lapangan, mengatur napasnya sambil menerima sebotol air dari Khatrine. Namun, sebelum dia sempat berbicara lebih jauh dengan pacarnya, Athala datang menghampirinya dengan ekspresi serius. "Gue mau ngomong sesuatu sama Lo, berdua," ucap Athala, tanpa basa-basi. Merasa ada yang tidak beres, Exsan mengikuti Athala menjauh dari lapangan outdoor itu, menuju area yang lebih sepi.

"Mau ngomong apa?" tanya Exsan, mencoba menyelami maksud Athala. Athala menghela napas panjang, bersiap untuk mengungkapkan sesuatu yang penting. "Gue bakal jujur," katanya, dengan nada yang tidak biasa. "Maksud Lo?!" Exsan merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Athala.

"Gue bakal jujur soal perasaan gue ke Khatrine," jawab Athala dengan tegas. Exsan terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Athala. Ketegangan mulai terasa di antara mereka. "Lo nggak lagi ngelawak kan?" tanya Exsan, setengah berharap ini hanya lelucon yang buruk.

"Apa Lo liat muka gue lagi bercanda sekarang?" Athala balas menatapnya tajam, menunjukkan bahwa dia benar-benar serius. "Gue pikir Lo udah gila. Khatrine pacar gue, sampe kapan pun gue nggak akan pernah mau lepasin dia," jawab Exsan dengan nada keras, mencoba mengakhiri pembicaraan ini secepat mungkin.

Namun, Athala tidak menyerah. "Trus Jeslyn?" tanyanya, langsung menohok ke inti masalah yang Exsan coba hindari. "Ngapain Lo bawa-bawa dia?!" seru Exsan, emosi mulai menguasainya.

Athala tetap tenang, meski tahu dia sedang berjalan di atas garis tipis. "San, Lo nggak boleh serakah. Lo nggak harus selamanya ada di tengah-tengah mereka, pilih salah satu antara Jeslyn dan Khatrine," katanya dengan nada tegas.

"Mereka bukan pilihan! Athala! Gue nggak mau ribut ya sama Lo, jadi gue mohon jangan mancing emosi gue," ancam Exsan, meskipun dalam hatinya dia tahu Athala ada benarnya.

Athala menatap Exsan dengan serius. "Lo harus dewasa Exsan! Pilih antara mereka. Kalau pun Lo mempertahan mereka, apa Lo bisa jamin mereka bakal nerima dan baik-baik aja?! Apalagi perasaan Khatrine, gue pengen tau gimana reaksi dia waktu tau ternyata pacar yang selalu dia banggakan ini udah punya istri sama cewek lain!”

Mendengar kata-kata itu, amarah Exsan pun meledak. "BANGSAT! UDAH GUE BILANG JANGAN MANCING EMOSI GUE!!!" Exsan berteriak dengan marah, langsung mencengkeram baju Athala dengan kuat.

Namun, Athala hanya tertawa remeh, tidak menunjukkan tanda-tanda takut. "Pikiran dan emosi Lo itu masih kekanakan! Lo harus bisa kendaliin semua itu," katanya sambil menyingkirkan tangan Exsan dengan kasar.

Athala mendekatkan wajahnya ke arah Exsan, menunjukkan betapa seriusnya dia. "Gue nggak perduli Lo mau nerima ini atau nggak. Tapi yang pasti, gue bakal tetep ungkapin apa yang gue pendem ke Khatrine," tegasnya.

Kata-kata Athala yang penuh keyakinan semakin memicu kemarahan Exsan. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menghajar Athala, dan perkelahian pun tak terhindarkan. Kedua sahabat yang dulu saling mendukung kini terlibat dalam pertarungan hebat, saling menghantam tanpa henti, dipicu oleh konflik emosi yang semakin sulit dikendalikan.

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang