Matahari pagi perlahan-lahan merangkak naik di langit Bali, memancarkan sinar lembut yang menembus tirai tebal di kamar hotel tempat Exsan dan Jeslyn menginap. Sinar itu menyapu lembut di atas seprai, membangunkan Exsan dari tidurnya yang tidak sepenuhnya nyenyak.
Dengan perasaan yang masih dibalut sisa-sisa mimpi yang samar, Exsan membuka mata, mencari-cari kehangatan yang semalam ia rasakan di sampingnya.
Namun, yang ia temukan hanyalah kekosongan. Seprai di sampingnya sudah dingin, menandakan bahwa Jeslyn telah bangun lebih awal. Sebuah perasaan aneh mulai merayapi hatinya, sebuah campuran antara kebingungan dan kekhawatiran.
Momen-momen semalam masih segar di ingatannya pelukan, ciuman, dan kata-kata yang penuh dengan emosi. Semua itu terasa begitu nyata, namun kini kehadiran Jeslyn seolah-olah menguap begitu saja, meninggalkan Exsan dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Exsan perlahan duduk di tepi tempat tidur, menggigit bibirnya sambil merenungkan apa yang mungkin sedang dipikirkan Jeslyn saat ini. Tidak ada tanda-tanda keberadaannya di kamar tidur, hanya keheningan yang terasa aneh.
Tanpa banyak berpikir, Exsan segera bangkit, melangkah keluar kamar untuk mencari keberadaan Jeslyn.
Ruang utama suite hotel itu tampak rapi dan tenang, tidak ada yang tampak aneh atau luar biasa. Namun, di sudut ruangan, Exsan akhirnya menemukannya. Jeslyn sedang duduk di lantai, dengan koper besar terbuka di depannya.
Dia sibuk merapikan pakaian dan barang-barangnya, melipat setiap item dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam koper dengan gerakan yang teratur. Seperti biasa, Jeslyn tampak anggun dan tenang, seolah-olah semalam hanyalah bagian dari rutinitas biasa yang tidak meninggalkan jejak.
Ekspresi Jeslyn tidak menunjukkan sedikitpun tanda-tanda beban emosi. Wajahnya tenang, bibirnya terlukis dalam senyuman tipis yang biasa ia tunjukkan saat menjalani hari-hari yang normal.
Tidak ada tatapan bimbang, tidak ada kecanggungan, hanya ketenangan yang tidak tergoyahkan. Seolah-olah dia telah membungkus semua perasaannya dan menyimpannya jauh di dalam dirinya, di tempat yang tidak bisa disentuh oleh siapapun, bahkan oleh dirinya sendiri.
Exsan mendekat, namun langkahnya terasa berat. Ada keinginan untuk berbicara, untuk mengklarifikasi perasaan yang terpendam semalam, tapi bibirnya seolah terkunci.
Jeslyn menyadari kehadirannya, menoleh sebentar, dan menyapanya dengan senyuman ringan, seperti tidak ada yang terjadi. “Pagi, San,” ucapnya dengan nada yang biasa, tanpa jejak emosi yang berlebihan.
Exsan hanya bisa mengangguk, meski pikirannya dipenuhi oleh keraguan. Dia memperhatikan Jeslyn yang kembali fokus pada tugasnya, membereskan barang-barangnya dengan cekatan.
Koper yang hampir penuh itu tampak menjadi simbol dari bagaimana Jeslyn ingin menutup babak semalam, menempatkan semuanya dalam satu tempat dan menutupnya rapat-rapat.
Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan yang terasa menyesakkan, Jeslyn akhirnya berdiri. Dia menggeser koper yang sudah tertutup ke sisi lain ruangan, memastikan semuanya sudah siap untuk keberangkatan mereka.
Setiap gerakannya tampak terkendali, setiap tindakan terlihat seperti sudah direncanakan dengan matang, seolah-olah dia tidak ingin memberi ruang sedikit pun bagi perasaan yang mungkin saja mengganggunya.
Dia lalu merapikan beberapa barang kecil di meja, memeriksa ponselnya, dan mengatur jadwal penerbangan mereka. Jeslyn tampak sepenuhnya tenggelam dalam rutinitas pagi itu, seakan dia benar-benar sudah melupakan apa yang terjadi semalam.
Tidak ada satu pun momen di mana dia menunjukkan kesedihan atau penyesalan, hanya ketenangan yang terus ia pertahankan dengan sempurna.
Exsan tetap berdiri di tempatnya, merasa bingung dan sedikit tertekan oleh ketenangan Jeslyn yang hampir tidak masuk akal baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Crazy Wife
Teen FictionMrs. Crazy Wife [Sinopsis] Jeslyn Vega Altaraya, seorang CEO J.S Entertainment berusia 27 tahun, telah kehilangan rasa kepercayaan pada cinta setelah dikecewakan di masa lalu. Sepulang dari luar negeri, ayahnya menjodohkan Jeslyn dengan laki-laki be...