Jeslyn duduk di sofa dengan pandangan kosong, menatap lekat sebuah foto yang ia genggam erat. Di dalam foto itu, terlihat dirinya dan Exsan, tersenyum bahagia di hari saat mereka berada di Bali yang tampaknya sudah begitu jauh dari kehidupannya saat ini. Matanya terhenti pada wajah Exsan, perasaan campur aduk memenuhi hatinya, antara luka, rindu, dan amarah.
Tangannya perlahan mengusap permukaan foto, namun tidak ada senyuman di bibirnya hanya kekosongan yang mendalam. Seolah tersesat dalam pikirannya, Jeslyn hampir tidak menyadari kehadiran seseorang yang mendekat.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Tanpa berpikir panjang, Jeslyn dengan cepat memasukkan foto itu kembali ke dalam dompetnya, menyembunyikannya seolah takut ketahuan. Wajahnya kembali netral, mencoba menutup semua perasaan yang sempat terlihat di matanya.
Thomas tiba di apartemen dengan napas sedikit terburu-buru, membawa beberapa tas belanjaan dari supermarket. Begitu melihat Jeslyn duduk di sofa, ia langsung berjalan mendekat dan duduk di sampingnya, senyum mengembang di wajahnya.
"Hai, maaf ya lama. Ini tadi selesai dari supermarket, aku beli baju buat kamu," kata Thomas sembari menaruh tas-tas di meja. "Ada beberapa, siapa tahu kamu butuh. Aku nggak tahu cukup atau nggak di kamu, tadi aku pilihnya pakai insting. Ini ada---"
"Thom!" Jeslyn memotong ucapannya dengan nada tegas.
Thomas terdiam, menatap Jeslyn dengan kening berkerut.
"Ya?"
Jeslyn menghela napas, mengusap wajahnya sebentar sebelum menatap Thomas dengan tatapan serius. "Jangan berlebihan gini, gue bisa beli sendiri."
Thomas tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. "Nggak apa-apa, aku malah seneng bisa beliin kamu banyak barang. Aku ngerasa... aku kayak jadi suami---"
"Gue nggak suka, Thomas!" Jeslyn menegaskan dengan nada yang lebih tegas, membuat Thomas tersentak kaget.
Thomas terdiam, tidak menyangka dengan respon Jeslyn. Dia memandang Jeslyn dengan tatapan bingung, sementara Jeslyn melanjutkan, "Plis, jangan berlebihan gini. Gue disini nggak akan selamanya. Gue bakal keluar dari sini setelah gue nemu tempat yang menurut gue nyaman."
Perasaan lemas langsung menghampiri Thomas, bahunya sedikit merosot, dan senyum yang tadinya menghiasi wajahnya perlahan memudar. "Sori, Thomas, tapi gue keberatan sama sikap lo yang kayak gini."
Thomas menunduk sejenak, lalu perlahan mengangkat kepalanya dan memaksakan senyuman kecil. "Oke, kita lupain yang tadi. Eum, kamu udah mandi kan? Gimana kalau sekarang kita nonton? Kemarin aku lihat ada film seru loh," katanya sembari mengambil remote TV dan membuka Netflix, berusaha kembali ke suasana yang lebih santai.
"Kamu suka film apa? Dulu waktu kita pacaran kita nggak pernah cerita tentang kesukaan kita jadi---"
"Thomas!" Jeslyn menyela lagi, kali ini dengan nada sedikit kesal.
Thomas terdiam, tertawa kecil dengan canggung. "Ah iya! Maaf. Jadi, kamu mau nonton film apa?"
"Terserah lo," jawab Jeslyn datar, tidak menunjukkan minat lebih.
Thomas berpikir sebentar, lalu mengusulkan, "Oke, gimana kalau horror?"
Jeslyn hanya mengangguk. "Ya, boleh."
Thomas menekan tombol play, dan mereka akhirnya mulai menonton film horor bersama. Suasana canggung tetap terasa di antara mereka, meski keduanya berusaha fokus pada layar TV, pikiran mereka masing-masing tampak tersesat di tempat lain.
Sepanjang film horor yang berlangsung di layar, pikiran Jeslyn melayang jauh dari adegan yang terputar di hadapannya. Bukan ketakutan yang menghantuinya, melainkan bayangan Exsan yang terus muncul di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Crazy Wife
Teen FictionMrs. Crazy Wife [Sinopsis] Jeslyn Vega Altaraya, seorang CEO J.S Entertainment berusia 27 tahun, telah kehilangan rasa kepercayaan pada cinta setelah dikecewakan di masa lalu. Sepulang dari luar negeri, ayahnya menjodohkan Jeslyn dengan laki-laki be...