“Santai aja kali, gue aman kok,”
“Gue nginep aja ya di ruma Lo? Besok jugakan kita ada meeting, jadi bisa bareng,”
“Apaan sih? Tumben Lo mau tidur bareng gue? Udahlah Sya, gue oke kok,”
“Janji dulu sama gue kalau Lo bakal oke?”
“Iya! Iya! Udah ah gue mau molor! Bye!”
Sambungan telfon di putuskan sepihak. Sepulang dari kantor polisi tadi sebenarnya Tasya enggan untuk meninggalkan Jeslyn, dia khawatir kalau sahabatnya itu akan melakukan hal gila yang dia pernah lakukan dulu.
Namun, Jeslyn memaksa Tasya agar pulang saja kerumahnya mengingat jarak rumahnya dan Tasya butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai. Kasihan Tasya jika harus bulak balik seperti itu.
Jeslyn menatap jam yang ada di pergelangan tangannya, masih pukul delapan lewat sepuluh menit sepertinya Exsan akan pulang larut hari ini.
Untuk menghilangkan rasa sesaknya Jeslyn memilih untuk mengerjakan beberapa pekerjaan kantor saja. Tanpa berganti pakaian perempuan itu langsung masuk kedalam ruang kerja nya, menyalakan komputer dan mulai fokus mengurus semua pekerjaan yang sempat dia tunda.
Seperti ini akan sedikit melupakan kejadian beberapa waktu lalu.
💌💌💌💌💌
Motor besar milik Exsan sudah terparkir rapih, dia melihat mobil berwarna merah yang masih berada di luar garasi. Matanya menatap rumah bertingkat tiga, Exsan menghembuskan napasnya pelan.
Bayangan Khatrine tadi masih ada di dalam pikirannya, perempuan itu menolak pulang di antar Athala, berakhir dia mengeluarkan emosinya di kantor polisi. Masa bodo dengan Khatrine yang marah, sekarang Jeslyn lebih penting. Jika di pikir-pikir yang di katakan Tasya ada benarnya, jadi Exsan memilih pulang karena dia hanya merasa bersalah saja pada Jeslyn.
Saat kakinya sudah menapak di ruang tamu, kepala Exsan bergerak mencari keberadaan Jeslyn. Semuanya nampak sepi, dan Exsan berinisiatif untuk datang saja ke kamar perempuan itu. Tapi, saat sudah di depan pintu Exsan mengurungkan niatnya. Apa harus ya meminta maaf pada Jeslyn? Tapi Exsan terlalu malu hanya untuk menapakkan wajahnya di depan CEO itu.
Jeslyn selalu baik kepada Exsan, tidak pernah sekalipun Jeslyn meninggikan suaranya saat berbicara padanya, serta tatapan matanya yang selalu menyiratkan kasih sayang dan cinta, tapi tadi Jeslyn menatap Exsan dengan dingin dan sinis, cara bicaranya pun terdengar seperti menahan amarah.
Exsan meneguk ludah tangannya sudah terangkat untuk mengetuk pintu kamar Jeslyn. Dia harus menemui perempuan itu, berterimakasih dan meminta maaf. Begini-begini juga Exsan masih memiliki hati kepala Jeslyn.
Saat akan mengetuk pintu suara pintu di buka dari kamar sebelah menghentikannya gerakannya.
“Kamu lagi ngapain?” Tanya Jeslyn dengan tangan yang sedang memegang tumbler, nianya dia ingin mengambil minuman dingin.
Exsan gelagapan, dia jadi merasa canggung karena sudah tertangkap basah berdiri dikamar Jeslyn.
“Gue—”
“Nggak jadi pulang sama Khatrine? Katanya dia mau obatin luka kamu kan?” Tanya Jeslyn sembari menutup pintu dan melenggang pergi. Exsan otomatis mengikuti kemana Jeslyn pergi.
“Tadi katanya Khatrine ada urusan, jadi gue balik aja,”
“Oohhh”
Hening, Jeslyn yang sedang menuang air dingin kedalam tumbler dan Exsan yang berdiri di dekat meja makan, dia hanya menatap Jeslyn memandang punggung kecil perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Crazy Wife
Подростковая литератураMrs. Crazy Wife [Sinopsis] Jeslyn Vega Altaraya, seorang CEO J.S Entertainment berusia 27 tahun, telah kehilangan rasa kepercayaan pada cinta setelah dikecewakan di masa lalu. Sepulang dari luar negeri, ayahnya menjodohkan Jeslyn dengan laki-laki be...