50. Extra Part: Ruang Tanpa Batas

12 3 1
                                    

Dua minggu telah berlalu sejak malam yang penuh kebahagiaan itu, dan suasana di kantor J.S Entertainment kini berubah menjadi lebih tegang.

Jeslyn, yang biasanya memerintah dengan wibawa dari dalam ruangannya, kini turun langsung untuk mengawasi para karyawan. Bagi mereka, ini seperti mimpi buruk. Tatapan tajam Jeslyn menyapu setiap sudut ruangan, membuat jantung karyawan berdebar.

Tasya, berdiri di ujung ruangan, diam-diam menyaksikan bagaimana Jeslyn meluapkan emosinya. Setiap kali ada yang menurut Jeslyn tidak sesuai harapan, dokumen dilempar dan meja digebrak keras, membuat para karyawan terkejut dan beberapa kali menutup mata mereka ketakutan.

Jeslyn tidak memberi ampun pada pekerjaan yang dianggapnya tidak sempurna. Tenggat waktu yang dia berikan dianggap tidak manusiawi oleh para karyawan, tapi bagi Jeslyn itu sudah cukup longgar. Atmosfer ruangan terasa mencekam, dan setiap kali Jeslyn meminta karyawan mengulang pekerjaan mereka, ketegangan semakin bertambah.

Tanpa diduga, sebuah kehadiran yang tak disangka-sangka mengejutkan Tasya. Exsan, masih dengan seragam sekolahnya, tiba-tiba muncul di belakangnya. Jeslyn, yang tengah fokus menggebrak meja, belum menyadari kehadiran Exsan di ruangan itu.

Kehadiran Exsan yang tiba-tiba membuat ruangan yang sudah tegang terasa seakan membeku sesaat. Exsan yang tiba-tiba muncul di kantor J.S Entertainment, menarik perhatian Tasya yang terkejut melihatnya berdiri di belakangnya.

"Jeslyn kenapa marah-marah?" tanya Exsan dengan wajah penuh penasaran.

Tasya memegangi dadanya yang masih berdebar, "Astaga! Exsan sialan Lo! Gue kaget!"

Exsan hanya tertawa kecil, "Hehehe, sori! Btw, istri gue kenapa marah-marah gitu?"

Tasya menggelengkan kepala sambil menatap Jeslyn yang sedang memarahi karyawannya, "Dia? Udah biasa kalau dia udah turun tangan kesini. Semuanya abis di marahin. Jeslyn si cewek gila sempurna, mana mau dia liat karyawannya kerja nggak becus."

Exsan tersenyum tipis, mengangguk, "Jadi gini Jeslyn kalau di kantor? Dia emang serem sih kalau udah marah."

Tasya melirik Exsan dan bertanya, "Dan Lo, ngapain kesini?"

Exsan mengangkat amplop cokelat tebal yang dia bawa, "Ini tadi ketinggalan, gue rasa ini penting jadi gue mau kasih ke Jeslyn."

Tasya memandang dokumen itu sejenak, lalu berkata, "Yaudah bentar," sebelum menghampiri Jeslyn yang masih memarahi karyawan. Dia berbisik pelan pada Jeslyn, yang segera berbalik dan menatap Exsan dengan ekspresi tak terduga.

"Suruh dia masuk ke ruangan saya," ucap Jeslyn tegas sebelum kembali memarahi karyawannya, "Kalian semua kerja yang bener! Jangan salah lagi!! Tasya, tolong awasi."

Tasya mengangguk patuh, "Baik, Bu."

Setelah Jeslyn berjalan lebih dulu menuju ruangannya, Tasya menghampiri Exsan, "Sana, di tunggu Jeslyn di ruangannya tuh." Exsan tersenyum dan segera mengejar Jeslyn.

Begitu sampai di ruangan pribadi Jeslyn, Exsan menutup pintu dengan rapat. Tanpa aba-aba, Jeslyn membalikkan badan dan langsung memeluk Exsan dengan erat.

"Exsan, aku cape... Mereka bikin aku kesel terus," keluh Jeslyn sambil menyandarkan kepalanya di dada Exsan.

Terkejut, Exsan menunduk dan menatap Jeslyn yang sedang menyandarkan diri padanya. Dia tersenyum, lalu mengelus rambut istrinya dengan lembut, "Uuuuu kasian banget istri Exsan. Sini-sini, jangan marah-marah, nanti debaynya stres."

Jeslyn mendongak menatap Exsan dengan mata yang sedikit redup, "Emang ngaruh apa?"

Exsan sedikit melonggarkan pelukan mereka dan menatap Jeslyn, "Ngaruh lah! Lagian kamu juga jangan marahin karyawan kamu gitu, kasian."

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang