Exsan mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata, menekan gas sedalam mungkin, mencoba memecah jalanan yang seolah tak bersahabat dengan detik-detik kepanikannya.
Matanya terus fokus ke depan, namun pikirannya hanya terpusat pada satu hal, Jeslyn. Tangannya menggenggam kuat setir, sementara dadanya terasa sesak, penuh kecemasan. Kabar bahwa Jeslyn tengah melahirkan memukulnya keras, membuatnya ingin tiba di rumah sakit secepat mungkin.
Setibanya di rumah sakit, Exsan keluar dari mobilnya dengan cepat. Peluh membasahi wajahnya, namun tak ada waktu untuk memedulikan itu. Dia berlari menuju bagian bersalin, mencari-cari ruangan di mana istrinya tengah berjuang.
Hatinya berpacu lebih cepat dari langkah kakinya, dan ketika dia melihat orang-orang yang dikenalnya Ridho, Indah, Very, Wina, Olyne, bahkan Corniel berdiri di depan salah satu ruangan, dia tahu itulah tempatnya.
Kakinya terasa lemas ketika mendekat, dan tangannya bergetar saat mencoba menggapai pintu. "Jeslyn…" ucapnya lirih, suara bergetar di tengah napas yang berat.
Indah mendekat, menepuk bahu Exsan dengan lembut. "Tenang ya nak, istri kamu di dalam lagi berjuang untuk melahirkan anak kalian," ucapnya, mencoba memberi ketenangan, meski Exsan merasa mustahil untuk tenang.
Namun Exsan tidak bisa menenangkan dirinya. Dia mulai mondar-mandir di depan ruangan itu, matanya gelisah, sesekali melirik pintu yang masih tertutup rapat. Beberapa menit kemudian, Tasya dan Yoga datang, ekspresi mereka tak kalah khawatir. "Gimana persalinannya, Tante bunda?" tanya Tasya pada Indah, dan Indah hanya bisa menjawab dengan singkat, "Masih proses, sayang…"
Tak lama setelah itu, langkah cepat Thomas terdengar di koridor. Wajahnya sama tegangnya dengan Exsan. Kehadiran Thomas membuat Ridho terkejut, ia langsung berdiri di depan, menahan langkah Thomas. "Kamu? Thomas? Ngapain kesini?" Tanya Ridho, suaranya terdengar keras.
"Om, saya mau lihat Jeslyn," jawab Thomas dengan nada memohon.
"Nggak akan saya izinin kamu lihat putri saya!" Suasana menjadi tegang, Ridho tampak hampir kehilangan kendali atas emosinya, namun beruntung ada Indah yang menenangkan suaminya.
Ketika Thomas mencoba mendekati pintu, Exsan segera berdiri di depannya, menahan jalannya. "Minggir! Nggak usah diem di paling depan! Mau apa? Mau dikira lo suaminya?!" Ucap Exsan dengan nada tajam.
Thomas mendecak, namun menjawab dengan tenang, "Gue cuma mau pastiin Jeslyn dan anaknya selamat…"
Exsan mengepalkan kedua tangannya, "Nggak! Lo nggak berhak atas itu! Mending lo pergi deh!!"
Ketika Thomas mencoba menarik kerah Exsan, Yoga buru-buru menghentikan Thomas dengan menarik pundaknya. "Jangan ribut di sini! Inget ini rumah sakit!" seru Yoga, mencoba meredakan situasi. Thomas akhirnya duduk di kursi tunggu, meskipun wajahnya penuh kekecewaan.
Waktu terus berlalu, tapi tidak ada kabar dari dalam. Semua yang ada di sana berdoa dalam diam, berharap Jeslyn dan bayinya selamat. Ketegangan memuncak hingga akhirnya suara tangisan bayi terdengar, membuat suasana yang sebelumnya penuh kecemasan berubah menjadi harapan.
Exsan merosot ke lantai, air mata mengalir tanpa bisa dia tahan. Perasaan lega dan syukur bercampur aduk. "Sekarang aku jadi ayah…" ucapnya sambil tersenyum kecil, namun tubuhnya tetap lemah.
Thomas, yang duduk di kursi, segera berdiri dan ingin mendekat, tapi langkahnya terhenti ketika seorang dokter keluar dari ruangan.
"Selamat untuk…"
"Saya! Saya Exsan, suaminya!" Exsan langsung memotong dengan suara keras, menunjuk dirinya sendiri. Thomas mengepalkan tangannya, tampak kesal dengan pengakuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Crazy Wife
Teen FictionMrs. Crazy Wife [Sinopsis] Jeslyn Vega Altaraya, seorang CEO J.S Entertainment berusia 27 tahun, telah kehilangan rasa kepercayaan pada cinta setelah dikecewakan di masa lalu. Sepulang dari luar negeri, ayahnya menjodohkan Jeslyn dengan laki-laki be...