08. Karangan Cerita Exsan

11 2 0
                                    

Jeslyn duduk dengan pandangan yang fokus pada ponselnya, sedari tadi dia menunggu pesan atau telfon dari sang pujaan hati, namun hingga saat ini tidak ada pesanan yang dikirimkan Eksan untuknya.

Perempuan dengan jas hitam garis-garis itu menghembuskan napasnya lelah, pekerjaan nya tidak ada satupun yang dia sentuh.

Braaagg

Jeslyn mengerjap saat pintu dengan kerasnya di tendang oleh seseorang. Seorang perempuan dengan warna pakaian mencolok itu melenggang masuk, dia sedikit menurunkan kacamata hitamnya memandang Jeslyn yang sedang memegangi dadanya.

“Hai girl...” sapa perempuan itu. Jeslyn terbatuk kecil lalu kembali duduk dengan wajah menahan amarah, “Nggak elo, nggak Tasya, bisa nggak sih kalau masuk ketuk pintu dulu! Gue tuh atasan Lo tau nggak!” ucapnya, namun perempuan tadi hanya acuh menatap kukunya yang dihiasi sedikit pernak-pernik.

Jeslyn berdecak, “Aahh tau lah!”

Cornelia Evindya, atau yang sering di sapa Corniel adalah salah satu artis papan atas. Dia adalah sahabat Jeslyn juga sejak jaman SMP, Corniel bekerja di bawah naungan J.S Entertainment. Karena CEO perusahaan hiburan ini adalah sahabatnya jadi Corniel selalu berlaku seenaknya, contohnya seperti tadi.

Jika orang-orang di perusahaan ini akan takut melihat Jeslyn marah, lain hal dengan Corniel, perempuan berusia 27 tahun itu malah akan tertawa terbahak-bahak. Menurutnya melihat Jeslyn marah adalah suatu hal yang lucu. Beberapa orang di perusahaan besar ini juga sudah tau kalau Jeslyn, Tasya dan Corniel adalah seorang sahabat.

Corniel membuka kacamatanya, “Heh Upik abu! Bukannya gembira gue main kesini malah di tekuk mulu tuh muka,”

“Elo kesini malah bikin mood gue tambah ancur,”

“Ya... Ya... Gue anggap itu sebagai ucapan terimakasih. Betewe sorry ya, kemarin gue nggak hadir di acara pernikahan Lo. Biasa job syuting film sama series lagi banyak-banyak nya,”

Jeslyn mengerlingkan matanya, kini pandangannya kembali fokus pada benda pipih yang setia berada di atas meja kerja Jeslyn.

Corniel yang merasa di acuhnya menatap kesal pada CEO muda ini, “Kenapa sih lo?!”

Suara pintu di buka membuat kedua orang disana mendongkak, menatap Tasya yang masuk dengan wajah kesal, “Anjing Lo Jeslyn!! Ini kerjaan Lo dari kemarin gue terus yang kerjain setan!! Kemarin gue yang meeting sekarang gue lagi!!”

“Wuis wuis wuis... Santai dong Tasya sayang... Baru datang udah marah-marah gini. Liat noh atasan Lo, muka udah kaya kanebo kering,”

Masa bodo dengan apa yang dikatakan Corniel, Tasya justru malah melempar beberapa tumpukan berkas ke atas meja Jeslyn, memang ya kedua makhluk ini tidak ada sopan-sopannya kepada atasakan.

“Ya sorry Sya, gue kan lagi galau. Exsan nggak hubungi gue nih dari tadi,”

Corniel menoel tangan Tasya, “Exsan siapa?”

“Pikun banget sih! Itu suaminya anjir, elo gimana sih pasti nggak dibaca kan undangannya?”

“Bukan gitu, gue terlalu banyak menghapal skrip jadi lupa. Eh iya, gimana gimana malam pertamanya? Udah belah duren kan? Pokoknya gue mau ponakan dua puluh biji ya dari Lo, Jes. Mau gue---“

“Salah Lo minta sama dia,” potong Tasya yang mengundang tanya, “Kenapa?”

“Nih dengerin gue ya, jangankan disentuh di ajakan ngobrol aja nggak di gubris,” jelas Tasya sembari menyeruput minuman kaleng yang sempat dia beli tadi.

“Ya udah gue duga sih, si Jeslyn pasti ogah---“

“Bukan Exsan yang di anggurin tapi si Jeslyn,”

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang