15. Khawatir? (1)

26 4 1
                                    

Pagi harinya Exsan terbangun karena sinar matahari masuk ke celah-celah gordeng, Exsan mengusap wajahnya pelan lalu melirik jam yang terpasang tepat di dinding depan. Masih pukul 06:00, Exsan duduk dan melamun, hari ini dia harus meminta maaf kepada Khatrine karena perbuatannya kemarin. Semalam Exsan bergadang hanya untuk mengirimi pesan permintaan maaf pada kekasihnya, namun ya sudah bisa di tebak Khatrine tidak membalas satupun pesan dari Exsan.

Setelah sekitar lima menit melamun, Exsan lekas melakukan aktivitas nya untuk mandi dan bersiap.

Sudah rapih Exsan langsung keluar dari kamarnya, saat melewati kamar Jeslyn ingatannya melayang pada malam kemarin, saat perempuan itu mencium bibirnya, dan entah kenapa kedua sudut bibir Exsan tertarik otomatis, menyadari itu Exsan buru-buru menggelengkan kepalanya.

“Waduh kenapa gua senyum-senyum ya?!” Exsan pun melanjutkan kembali langkahnya.

Saat sudah di bawah dia melihat ada Jeslyn yang sedang berdiri sembari meminum teh, tangan kirinya memegang macbook, Exsan membasahi bibirnya dan menghela napas lalu melangkah menuju meja makan yang sudah terhidang nasi dan udang goreng. Jeslyn rajin sekali ya kalau di pikir-pikir, dia bekerja tapi tidak pernah absen membuat sarapan untuk Exsan.

Jika begini haruskah Exsan bersyukur memiliki Jeslyn? Seperti yang di katakan Tasya beberapa waktu lalu.

“Pagi…” ucap Exsan membuat Jeslyn yang berdiri membelakangi meja makan membalikkan badan. Jeslyn menaikan alisnya, tumben sekali Exsan mengucapkan ini tanpa disuruh.

“Eh udah bangun?”

“Hmm. Btw, semalam Lo yang bukain sepatu sama beresin kamar gue?” Tanya Exsan sembari melahap sarapannya. Jeslyn ikut duduk di depan Exsan, “Heem, kamu kalau mau tidur rapih-rapih dulu dong, emang betah ya masih pake seragam sama sepatu gitu tidurnya?”

Exsan mengangkat kepalanya, “Gue nggak nyadar, tapi thanks ya,”

Jeslyn terkekeh kecil, “Tumben banget sih, kalau gini bukan Exsan banget gayanya,”

“Lo nggak makan?” Tanya Exsan yang tidak mengindahkan ucapan Jeslyn, “Nggak deh, aku makan dikantor aja nanti, buru-buru soalnya,”

“Tapi Lo bisa bikinin gue sarapan? Sedangkan Lo nggak makan,”

“Jadi kamu khawatir nih?” Tanya Jeslyn dengan ekspresi yang menurut Exsan sangat menyebalkan, “Salah gue ngomong kaya gitu sama Lo,” balas Exsan. Jeslyn hanya tersenyum kecil sembari meminum teh hangatnya lagi. Beberapa menit kemudian Jeslyn bangkit dari duduknya, dia mengeluarkan kartu dari dompetnya dan memberikannya kepada Exsan.

“Nggak enak aku harus ambil uang cash terus, jadi nih kamu pegang aja kartu aku. Setiap kamu mau berangkat sekolah aku isiin. Aku berangkat duluan ya, didepan udah ada Tasya,”

Exsan menatap kartu berwarna hitam yang diletakkan Jeslyn di depan piringnya, belum sempat mengatakan sesuatu tubuh Jeslyn sudah pergi dari hadapan laki-laki ini.

Mata Exsan berkedip beberapa kali, “Lo tuh emang royal atau bodoh sih Jes?”

💌💌💌💌💌

Bel istirahat sudah berbunyi, seperti niat awalnya Exsan berjalan menuju kelas Khatrine matanya bergerak mencari keberadaan perempuan itu, namun sosok perempuan pujaannya tidak ada dikelas, menurut teman sekelasnya Khatrine tidak masuk sejak jam pertama dimulai karena perempuan itu sedang ada jadwal latihan debat.

Exsan membalikkan badannya kakinya berlari kecil menuju ruang bahasa, saat sudah sampai disana tidak ada siapa-siapa, napas Exsan memburu karena lelah berlari akhirnya Exsan melanjutkan kembali mencari sosok sang kekasih, beberapa kali juga Exsan mengirim pesan menanyakan dimana keberadaan Khatrine namun perempuan itu masih saja mengabaikannya.

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang