25. Perasaan yang Mengganjal

30 6 1
                                    

Besoknya bejalan seperti biasa, Exsan dengan rutinitasnya dan Jeslyn dengan rutinitasnya juga.

Di lantai bawah Jeslyn sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, tidak banyak dan tidak terlalu spesial, hanya nugget dan ayam goreng di tambah dengan susu strawberry kesukaan Exsan dan satu jus buah naga milik Jeslyn.

Dari kejauhan Exsan dapat melihat Jeslyn yang sedang memfokuskan dirinya pada laptop dan ponsel, perempuan itu mengetikkan sesuatu di laptop dengan mulut yang terbuka, karena dia sedang menerima telfon. Dengan perasaan yang berat, Exsan menghampiri meja makan.

Kehadiran Exsan mengalihkan fokus Jeslyn, dia mematikan sambungan telfon dan menutup laptopnya.

“Udah siap? Ayo makan,” ajak Jeslyn setelah melihat Exsan duduk dengan tenang diseberang nya. Exsan memainkan jarinya di bawah meja, mulutnya serasa ingin mengatakan sesuatu, melihat Jeslyn yang seperti ini entah kenapa malah membuatnya takut dan cemas.

“Nggak dimakan?” Tanya Jeslyn mengalihkan fokus Exsan.

Laki-laki itu akhirnya menyantap sarapan paginya, dia melirik Jeslyn sesekali. Tidak seperti biasanya Jeslyn lebih banyak diam, biasanya dia akan mencari topik pembicaraan apa saja. Entah itu menggoda Exsan atau menyuruh laki-laki itu agar segera putus dengan Khatrine.

“Jes—”

“Kamu berangkat sendiri nggak apa-apa kan, San? Aku buru-buru banget nih,” ucap Jeslyn yang memotong Exsan. Disaat seperti ini rasanya Exsan ingin melihat Jeslyn memaksanya agar Jeslyn yang mengantar Exsan kesekolah. Jeslyn nampak membereskan laptop dan beberapa buku kedalam tasnya, dia mengutak-atik ponselnya sejenak.

Suara notifikasi ponsel Exsan terdengar, mengalihkan fokus Exsan pada Jeslyn, “Udah aku transfer uang jajan sama ongkos besinya. Aku lebihin karena kamu pasti bakal ajak Khatrine main. Aku berangkat duluan ya, San, hati-hati di jalan jangan ngebut bawa motornya. Dah~~~”

Jeslyn pergi meninggalkan Exsan, membiarkan laki-laki itu menahan kembali apa yang ingin dia sampaikan. Exsan mengepalkan tangannya kuat di atas meja, hatinya entah kenapa sangat sesak. Perasaan yang semula tak ada tiba-tiba muncul begitu saja, rasanya dia tidak ingin melihat Jeslyn yang bersikap seperti sekarang.

Exsan menghembuskan napasnya kasar, “Jeslyn, Lo bisa nggak jangan bersikap baik gini sama gue? Sumpah gue nggak kuat!” Monolognya sembari menatap kearah pintu dapur.

💌💌💌💌💌

Siang itu di kantor Jeslyn.

Saat ini Jeslyn dan Tasya berada di ruang studio foto, awalnya mereka sedang melihat bagaimana sesi pemotretan sedang berlangsung, namun sekarang mereka berdua malah duduk santai sembari menikmati teh yang disajikan karyawan.

Jeslyn dan Tasya duduk agak jauh dari keramaian, memanfaatkan waktu untuk berbicara. Ruangan studio di lantai dua itu diterangi oleh cahaya alami yang masuk melalui jendela besar, memberikan suasana hangat yang kontras dengan pembicaraan mereka.

Tasya memulai percakapan dengan nada bercanda, tapi tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya, "Jadi gimana liburan Lo kemarin?”

Jeslyn mengangkat bahu ringan, seolah tidak ada yang perlu diceritakan. "Nothing spesial, semua kaya biasa," jawabnya singkat, dengan senyum yang tampak dibuat-buat.

Tasya mengernyitkan dahi, tidak percaya dengan jawaban temannya itu. "Nggak yakin gue kalau nggak ada yang spesial, Lo godain Exsan kan?" desaknya, berharap mendapatkan cerita menarik.

Jeslyn menoleh, memandang Tasya dengan tatapan datar sebelum akhirnya mengaku, "Nggak ngegoda juga sih, gue lebih ke... Mengungkapkan apa yang gue rasa?"

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang