34. Rahasia yang Terbuka

26 5 1
                                    

GMT 14:00, London….

Ruangan kantor yang elegan dan tampak tenang, dengan deretan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota London yang sibuk. Dindingnya dihiasi dengan karya seni modern, memberikan kesan mewah sekaligus minimalis.

CEO dari perusahaan besar di Inggris, duduk di balik meja kayunya yang mengkilap, mengenakan setelan jas mahal berwarna hitam. Di hadapannya berdiri sekretarisnya, seorang pria muda yang rapi dengan kemeja putih bersih dan dasi yang sempurna, menyodorkan berkas mengenai J.S Entertainment, salah satu perusahaan hiburan terkemuka dari Asia.

Sekretaris itu mulai berbicara dengan nada formal dan teratur, menjelaskan tentang perusahaan yang akan diajukan untuk kerja sama. CEO itu mendengarkan dengan seksama, namun ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakpedulian awal. Tangannya sibuk dengan pena yang diputar-putar di antara jari-jarinya, namun matanya tetap fokus pada sekretaris yang menjelaskan detail penting.

"This is one of the most renowned companies, J.S Entertainment operates in several countries Paris, Korea, Japan, and Indonesia. Its main headquarters is in Indonesia," suara sang sekretaris terdengar mantap, namun tidak bisa menutupi kegugupannya ketika harus berbicara panjang lebar di depan CEO nya.

"If we collaborate with this entertainment company, we’ll gain a lot of rewards and recognition. It's very famous, we’ll be in the public eye," lanjutnya, sang CEO mulai menunjukkan sedikit ketertarikan, tatapannya tajam mengamati berkas di depannya.

"J.S Entertainment? I’ve never heard of it. Who owns this company?” tanya CEO sambil bersandar di kursinya, nada suaranya serius, menunjukkan bahwa dia mulai mempertimbangkan dengan lebih mendalam.

"The owner is an extraordinary woman, her name is Jeslyn Vega Altaraya," jawab sang sekretaris dengan hati-hati.

"Wait? What? Who did you say?" Laki-laki ini tiba-tiba menegakkan tubuhnya, ekspresinya berubah drastis dari biasa menjadi penuh perhatian. Sekretaris itu terkejut dengan reaksi mendadak tersebut, "Jeslyn Vega Altaraya," ulangnya, sedikit gugup.

"Jeslyn?" CEO berumur tiga puluh tahun ini terdengar hampir tak percaya. Matanya menyipit, seolah mencoba menghubungkan potongan informasi yang baru dia terima.

"Yes, that’s correct. She’s been running the company for about three years now, after the incident a few years ago that led to the bankruptcy of the former Altaraya’s Entertainment," sekretarisnya menjelaskan lebih lanjut, meskipun suara bosnya yang tajam tadi membuatnya lebih berhati-hati.

Laki-laki ini menatap kosong sejenak, pikirannya terlihat berkecamuk. Ada sesuatu dalam ekspresinya yang mengisyaratkan bahwa nama ini membawa memori lama, sesuatu yang lebih dari sekadar urusan bisnis.

"I don’t care about that. When’s my departure to Indonesia? I mean, when can we secure this partnership?” tanya CEO ini tiba-tiba, suaranya tegas namun ada nada gugup yang samar dalam nada bicara itu.

"In two weeks, the team will depart—” belum sempat sekretaris itu menyelesaikan kalimatnya, sang CEO sudah memotong dengan suara keras.

"Include me in that trip,” perintahnya dengan nada tegas.

"What?" Sekretaris itu terkejut, matanya membulat karena permintaan yang tiba-tiba itu.

"I said! Include me in the trip! I want to meet the CEO in person!” ucapnya menekankan lagi, kali ini dengan nada lebih kuat, membuat sekretaris itu tampak semakin gugup.

"Ah, y-yes, Mr. Thomas," jawabnya terbata-bata, sambil mencatat instruksi baru tersebut.

"One more thing, move it up to five days from now," lanjut Thomas dengan cepat, jelas-jelas tak ingin menunggu lebih lama. Ya laki-laki ini adalah Thomas, atau Thomas Arthur, laki-laki yang dulu pernah mengisi hidup Jeslyn sebelum akhirnya dia meninggalkan perempuan itu tanpa belas kasihan.

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang