Ridho menatap pintu kamar Jeslyn yang masih tertutup rapat, rasa khawatir yang kian menggelayuti pikirannya semakin tak bisa diabaikan. Langkahnya mendekat dengan hati-hati, dan dia mengetuk pintu dengan lembut.
“Sayang, makan dulu yuk, udah sore, kamu belum makan dari siang.”
Suara Ridho terdengar tenang, namun penuh kekhawatiran. Tidak ada jawaban dari dalam kamar, hanya keheningan yang semakin membuatnya cemas. Ingatan tentang masa lalu tiba-tiba berkelebat di pikirannya, tentang saat-saat di mana Jeslyn pernah berada dalam kondisi yang serupa, tenggelam dalam diam dan kesedihan.
"Sayang?! Jeslyn?! Nak?! Makan dulu yuk," suaranya kini sedikit lebih mendesak.
“Jeslyn nggak laper, Ayah,” balas suara lemah dari balik pintu.
Ridho terdiam, rasa khawatirnya semakin menjadi. "Kalau gitu buka pintunya, Nak, Ayah pengen lihat muka putri Ayah."
Beberapa detik terasa seperti menit. Setelah lama menunggu, akhirnya terdengar bunyi pintu yang terbuka perlahan. Di baliknya, wajah Jeslyn tampak memerah dengan mata yang sembab, tanda jelas bahwa dia baru saja menangis. Hati Ridho mencelos melihat kondisi putrinya.
“Kamu nggak apa-apa, Sayang?” tanya Ridho dengan lembut, menahan rasa cemas yang mendesak di hatinya.
“Iya,” jawab Jeslyn singkat, tapi ekspresi wajahnya tidak bisa menyembunyikan luka yang tersimpan. Ridho ragu sejenak sebelum akhirnya menanyakan hal yang sudah membebani pikirannya.
“Ada masalah sama Exsan? Mau cerita sama Ayah?”
Mendengar nama Exsan, air mata Jeslyn kembali tumpah. Dia buru-buru mengusapnya, berusaha tetap terlihat kuat meskipun jelas hatinya hancur.
“Nggak. Udah ya, Yah? Jeslyn mau masuk lagi.”
Ridho hanya bisa menatap putrinya saat dia masuk kembali ke kamar, pintu perlahan menutup di depannya. Rasa tak berdaya membanjiri pikirannya. Dia tahu ada sesuatu yang salah, tapi Jeslyn terlalu tertutup untuk mau berbagi.
Saat Ridho turun ke ruang tamu, di sana sudah ada Indah dan Olyne yang menunggu dengan cemas. Melihat suaminya, Indah langsung tahu bahwa tidak ada kabar baik.
“Kayaknya Ayah emang harus jemput Exsan,” ucap Ridho pelan, mengangguk kecil.
Indah menghela napas panjang, wajahnya penuh kekhawatiran. “Bunda takut kejadian dulu keulang lagi, Ayah. Cepet jemput Exsan, ya!” ucapnya dengan suara yang bergetar.
Ridho meraih tangan istrinya, mencoba menenangkan, meski hatinya sendiri gelisah. "Tenang dan jangan panik, Bunda. Ayah bakal jemput anak itu secepatnya. Tapi jangan hubungi Very atau Wina, mereka pasti bakal marahin Exsan."
Indah mengangguk pelan, meskipun jelas-jelas hatinya masih diliputi kegelisahan. Di sampingnya, Olyne yang mendengarkan percakapan itu langsung mengambil langkah untuk membantu.
“Olyne, tolong bujuk kakak kamu lagi supaya dia mau makan, ya?” pinta Ridho.
“Iya, Yah,” jawab Olyne dengan sigap, meski dia sendiri tampak cemas dengan kondisi kakaknya.
Ridho kemudian segera bersiap, langkahnya cepat namun berat, meninggalkan rumah dengan satu tujuan menjemput Exsan, sebelum semuanya menjadi semakin rumit.
💌💌💌💌💌
Di rumah, Exsan terduduk di sofa ruang tamu, air matanya mengalir tanpa henti. Rasa bingung dan frustrasi mencekam dirinya. Ponsel Jeslyn ada di tangannya, tetapi Exsan sudah mematikan perangkat itu karena pesan-pesan yang terus masuk, membuatnya semakin tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Crazy Wife
Teen FictionMrs. Crazy Wife [Sinopsis] Jeslyn Vega Altaraya, seorang CEO J.S Entertainment berusia 27 tahun, telah kehilangan rasa kepercayaan pada cinta setelah dikecewakan di masa lalu. Sepulang dari luar negeri, ayahnya menjodohkan Jeslyn dengan laki-laki be...