28. Mulai Membaik

66 6 1
                                    

Begitu masuk ke dalam rumah, Jeslyn segera menuntun Exsan ke sofa dan meminta dia duduk. Hujan deras mengguyur luar, suaranya menggema di seluruh rumah, membuat suasana semakin tenang dan dingin.

Dengan sigap, Jeslyn mengambil kotak P3K dari lemari dan duduk di samping Exsan, mulai membersihkan luka-luka di wajah dan tangannya. Keheningan menggantung di antara mereka, hanya suara rintik hujan dan tarikan napas Exsan yang terdengar.

Sesekali, Exsan meringis saat Jeslyn mengoleskan antiseptik pada luka terbuka. Namun, dia tidak mengeluh, malah menatap kosong ke arah lantai, seakan-akan pikirannya melayang jauh.

Jeslyn tetap fokus pada pekerjaannya, membalut luka-luka dengan perban. Mata mereka tidak saling bertemu, namun kehadiran Jeslyn yang tenang sedikit banyak memberikan rasa nyaman pada Exsan.

Setelah beberapa saat, Exsan akhirnya memberanikan diri untuk bicara. "Jeslyn?" suaranya terdengar pelan, hampir tenggelam oleh suara hujan.

"Hmm?" Jeslyn menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari perbannya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo, dengerin ya?"Jeslyn mengangguk ringan, "Hmm," balasnya singkat.

"Gue... Gue mau minta maaf," Exsan mulai berbicara dengan nada yang ragu-ragu.

Jeslyn berhenti sejenak, menatap Exsan dengan ekspresi penuh perhatian.

"Gue minta maaf sama sikap gue kemarin di Bali. Maaf karena gue saat itu nolak Lo," Exsan melanjutkan, suaranya sedikit bergetar.

Jeslyn tidak langsung menjawab, membiarkan Exsan melanjutkan perkataannya.

"Kalau boleh jujur, setelah kejadian itu gue ngerasa Lo yang selalu hangat sama gue berubah jadi dingin," Exsan menggigit bibirnya, merasa berat mengungkapkan isi hatinya.

"Dingin?" Jeslyn bertanya, matanya memperhatikan ekspresi Exsan dengan lebih intens.

"Iya, Lo selalu ngindarin gue. Lo selalu punya cara biar gue nggak ngomong atau bahas hal yang berkaitan sama perasaan. Lo bersikap acuh dan cuek sama gue," lanjut Exsan.

Jeslyn terdiam, mencoba mencerna kata-kata Exsan. Matanya kini tertuju pada wajahnya yang terlihat penuh penyesalan.

"Bahkan di saat gue udah jahat sama Lo, Lo selalu peduli sama gue, bahkan sama Khatrine. Gue ngerasa bersalah sama Lo," suara Exsan mulai melemah, matanya menunduk seolah berat menatap Jeslyn.

"Jujur, gue lebih seneng kalau Lo marah atau bentak gue, atau Lo bisa benci gue ketimbang Lo masih care sama keadaan gue," Exsan melanjutkan, kini dengan nada suara yang lebih dalam.

"Kemarin gue takut, Jes, Lo diem dan nggak banyak ngomong kayak biasanya. Itu bikin gue kepikiran sampai sekarang, gue nggak tahu harus mulai dari mana, gue bingung. Gue terlalu pengecut untuk kasih kejelasan sama Lo," ungkapnya dengan jujur, beban yang dia rasakan seolah sedikit terlepas.

"Ppfftt..." Jeslyn tiba-tiba tertawa kecil, suaranya terdengar ringan di tengah keheningan.

Exsan mendongak, sedikit tersinggung. "Kok Lo ketawa sih?!! Emang ini lucu?!!" protesnya, keningnya berkerut.

Jeslyn mencoba menahan tawanya, tapi senyuman tetap menghiasi wajahnya. "Iya, kamu lucu kalau lagi serius gini. Bikin gemes," jawab Jeslyn, matahnya bersinar dengan kehangatan.

"Ck! Bisa nggak sih kita serius dulu!" Exsan merengut.

Jeslyn mengangguk sambil tersenyum, "Iya-iya... San? Aku makasih banget sama kamu, karena kamu mau minta maaf. Aku juga minta maaf karena kemarin aku udah cuek sama kamu. Aku nggak nyadar loh, San. Aku begitu karena aku banyak kerjaan, dan juga aku pikir kamu bakal lebih bebas kalau aku nggak banyak nuntut ini itu," jawab Jeslyn, kini suaranya dipenuhi rasa syukur.

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang