46. Retak di Antara Kita

15 4 1
                                    

Jeslyn bangun dengan mata yang masih berat, merasa kaku dan lelah. Ketika dia duduk di tepi ranjang, pakaiannya terasa longgar. Dia menatap baju yang dia kenakan kaos milik Thomas yang kebesaran, menggantung hingga menutupi sebagian pahanya.

Langkah kakinya pelan dan sedikit goyah saat dia keluar dari kamar. Sesaat dia berhenti, mendengar suara samar dari dapur. Matanya sedikit menyipit karena silau dari cahaya pagi yang menerobos melalui tirai jendela apartemen. Perlahan, dia berjalan ke arah dapur, langkahnya ringan tapi penuh rasa penasaran dan waspada.

Jeslyn berdiri di ambang pintu dapur, diam-diam memperhatikan Thomas yang sibuk di depan kompor. Uap mengepul dari panci di hadapannya, sementara aroma makanan mulai memenuhi ruangan. Gerakan Thomas tampak cekatan, meskipun sesekali dia terlihat berhenti sejenak untuk memastikan segalanya berjalan sempurna.

Jeslyn memperhatikan setiap detail punggung Thomas yang kokoh, cara dia menggenggam spatula dengan tenang, dan sesekali mengelap keringat di dahinya. Ada sesuatu yang menenangkan dalam kesederhanaan pemandangan itu, membuat Jeslyn tetap terpaku di tempatnya.

Thomas yang sedang sibuk dengan masakannya tiba-tiba merasakan ada yang mengamatinya. Saat dia menoleh, pandangannya langsung bertemu dengan sosok Jeslyn yang berdiri di ambang pintu.

Wajahnya menunjukkan sedikit keterkejutan, tapi senyumnya segera muncul, hangat dan tulus. Matanya sedikit menyipit, seolah menanyakan tanpa kata-kata apakah Jeslyn sudah merasa lebih baik. Meski dadanya berdebar sesaat karena tidak menyangka Jeslyn sudah bangun, Thomas segera kembali tenang, memberi Jeslyn senyuman lembut yang penuh perhatian.

Thomas berusaha menjaga suasana tetap ceria meski Jeslyn terlihat muram. Setelah Jeslyn duduk di bangku pantry, dia menawarkan sup yang telah dimasaknya sambil tersenyum lembut.

"Eh, maaf ya! Kamu kebangun pasti gara-gara berisik ya?" ucap Thomas, terkejut melihat Jeslyn sudah duduk di sana.

Jeslyn menggeleng pelan lalu duduk di bangku pantry. Thomas melanjutkan, "Udah enakan? Tidur kamu pules banget. Maaf sebelumnya aku masuk kamar, aku cuma mau ambil baju ganti tadi."

"Hmm, it’s okay," jawab Jeslyn singkat.

"Oh iya! Ini aku buatin sup. Kata sekretaris aku, ini cocok buat ibu hamil. Sup ini juga biasa dimakan ibu-ibu di Inggris kalau lagi ngandung," lanjut Thomas sambil memperlihatkan sup yang dia buat.

Jeslyn menatap sup pemberian Thomas dengan wajah datar, lalu perlahan mengambil sendok dan mencicipinya.

"Bahan-bahannya dari bumbu-bumbu Indonesia, aku nggak tahu apa bakal cocok di lidah kamu, tapi semoga aja kamu suka," jelas Thomas, masih berusaha mencairkan suasana.

"Gimana? Enak nggak?" tanyanya penasaran setelah melihat Jeslyn mencoba suapannya.

"Enak. Lo bisa masak juga ya?" jawab Jeslyn dengan suara datar.

Thomas tertawa kecil, "Ahahahaha... Di Inggris aku tinggal jauh dari papa dan mama, jadi harus bisa masak. Sekretaris aku juga sering marahin aku karena aku sering beli makanan cepat saji."

"Oohhh, gitu ya," balas Jeslyn, mencoba berinteraksi meski pikirannya masih berat.

Thomas tampak bersemangat dan berdiri mengambil sesuatu dari meja. "Eh, satu lagi! Bentar," katanya sambil mengambil gelas yang berisi susu berwarna pink. "Tadi aku ke minimarket beli susu buat ibu hamil. Aku nggak tahu rasa favorit kamu apa, jadi aku beliin ini, rasa strawberry umum buat cewek-cewek. Ini juga rekomendasi dari pegawai---"

"Gue nggak suka susu strawberry," potong Jeslyn tiba-tiba, nada suaranya mulai terdengar lebih dingin.

"Eh?!" Thomas terkejut, tak menyangka respon Jeslyn.

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang