44. Again and Again

19 3 2
                                    

Exsan berjalan santai ke meja temannya, seragamnya sedikit berantakan seperti biasa, tapi senyumnya lebar. Di sudut depan meja barisan tengah, dia melihat teman-temannya Galen, Digo, Alven, dan Athala sedang duduk melingkar. Tanpa banyak basa-basi, Exsan menghampiri mereka, lalu menepuk bahu Athala. Teman-temannya langsung melotot kaget melihat interaksi itu, karena mereka tahu bahwa Athala dan Exsan baru-baru ini sempat berselisih.

“Gue punya hadiah buat kalian berempat,” ucap Exsan santai sambil mengeluarkan dompet dari kantong belakang celananya.

Digo, yang terkenal paling penasaran, langsung bertanya, “Bentar bos, Lo sama Athala udah baikan nih?”

Exsan dan Athala saling tatap sejenak sebelum sama-sama mengangguk. Suasana yang tadinya tegang mendadak mencair.

“Yeah, nggak baik juga marahan lama-lama. Iya nggak, bro?” ucap Exsan sambil menepuk bahu Athala lagi. Athala hanya tersenyum tipis dan mengangguk sebagai jawaban.

Alven, yang sejak tadi diam, langsung menyeletuk, “Jadi, mana hadiah yang mau Lo kasih?”

Exsan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan membagikan masing-masing lima puluh ribu ke tangan teman-temannya. Galen, Digo, dan Alven melongo, kebingungan.

“Ini buat apaan?” tanya Galen dengan dahi berkerut.

Senyum bangga terlukis di wajah Exsan. “Hadiah dari gue, karena sekarang gue udah jadi ayah,” jawabnya tanpa basa-basi.

Keempat temannya langsung terkejut. Mata mereka melotot lebar, mulut terbuka, jelas tidak menyangka mendengar kabar itu.

“Lo... jadi Jeslyn hamil?! Hamil anak Lo?!” seru Digo, suaranya memecah keheningan di sekitar mereka, beruntung kelas sudah sepi jadi tidak ada yang mendengar teriakan Digo.

“Kapan bikinnya, anjir?!! Kok Lo nggak cerita-cerita sih?!” tambah Alven, wajahnya masih kaget.

Exsan hanya tersenyum lebih lebar, tampak puas dengan reaksi teman-temannya. “Yeah, intinya sekarang gue udah jadi orangtua. Jadi mulai sekarang, kalian berempat harus nurut sama gue!”

Tiba-tiba, suara benda jatuh terdengar dari ambang pintu masuk kelas. Mereka semua menoleh serempak dan mendapati Khatrine berdiri di sana, tampak terkejut. Di sebelah kakinya, sebuah kotak jatuh dan terbuka, isinya berserakan di lantai. Khatrine memandang Exsan dengan mata penuh keterkejutan dan air mata yang mulai menggenang di sudut matanya.

“Exsan... kamu...” Khatrine berbicara terbata-bata, jelas mendengar pengumuman besar yang baru saja diucapkan Exsan. Suaranya pecah, dan tanpa menunggu jawaban, dia berbalik dan berlari keluar, meninggalkan ruangan.

Galen langsung panik. “Eh, itu si Khatrine denger, weh!!” serunya.

Alven menganggukkan kepala. “Bos, gimana tuh?! Pacar Lo denger!”

Namun, Exsan hanya mengedikkan bahu, seolah tak peduli. “Kejar gih, Tha. Tenangin dia,” ucapnya santai, sambil menepuk bahu Athala lagi. Awalnya Athala ragu, tapi setelah berpikir sejenak, dia akhirnya mengangguk dan bergegas mengejar Khatrine.

Digo masih bingung dengan situasi itu. “San?! Lo sama Khatrine...”

Exsan tersenyum tipis, lalu melambaikan tangan dengan riang. “It’s okay! Gue sama Khatrine udah putus. Udah ah, gue balik duluan ya. Babay!!” ucapnya dengan nada ceria, sebelum melangkah keluar kelas dengan langkah ringan.

Sementara itu, Galen, Alven, dan Digo saling bertatap-tatapan, masih berusaha mencerna semua informasi yang baru saja mereka dengar. Mereka bertiga terkejut, bingung, tapi juga takjub dengan berita yang baru saja disampaikan oleh Exsan.

Mrs. Crazy Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang