Malam itu, setelah menghabiskan waktu dengan keluarga di rumah besar milik Ridho, atau misi menjemput Jeslyn pulang. Jeslyn dan Exsan memutuskan untuk pulang lebih awal. Awalnya, mereka berencana untuk bermalam, namun Jeslyn tahu Exsan merasa kurang nyaman berlama-lama di rumah mertuanya.
"Jeslyn sama Exsan pamit pulang ya, Ayah, Bunda," ucap Jeslyn dengan sopan, berusaha tetap terlihat tenang.
"Hati-hati di jalan, ya. Kalau udah sampai, jangan lupa kabari Ayah atau Bunda," kata Ridho dengan senyum lembut di wajahnya.
Jeslyn mengangguk sambil tersenyum. Namun, sebelum sempat melangkah lebih jauh, Olyne, adiknya, tiba-tiba berseru. "Kak, jangan lupa yang tadi! Gue minta saldo!"
Langsung saja Indah, ibunya, menjitak kepala Olyne dengan lembut. "Kamu ini minta jajan terus sama kakak!"
Jeslyn hanya bisa menghela napas jengah sambil melirik adiknya. "Ya, nanti gue kirim," jawabnya, setengah malas, tapi tak bisa menolak.
Setelah itu, Jeslyn dan Exsan menuju mobil mereka. Saat hendak memasuki mobil, Jeslyn membuka mulut. "San, aku aja yang nyetir."
Exsan langsung menolak. "Nggak! Nggak boleh! Kamu lagi hamil, nanti kecapean."
"Capek apanya? Nggak ngaruh kali!" balas Jeslyn, berusaha bersikeras.
"Tetep aja aku nggak izinin. Biar Exsan Daffa Abigail yang nyetir. Yakan, anak papi tersayang?" jawab Exsan sambil mengelus perut Jeslyn dengan sayang.
Jeslyn tersenyum geli melihat sikap Exsan yang tiba-tiba manis.
"Tuh, denger, Abigail junior udah bilang iya."
"Apaan sih, mana ada!" Jeslyn cemberut, sedikit malu tapi senang.
"Udah, kamu diem aja. Biar aku yang nyetir," kata Exsan, dengan senyum lebar di wajahnya.
Dengan demikian, Jeslyn menyerah dan membiarkan Exsan mengemudi. Mobil mereka perlahan meluncur keluar dari pekarangan rumah besar Ridho, membelah jalanan ibu kota. Sepanjang perjalanan, Jeslyn terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, namun terlihat ragu-ragu. Exsan yang menyadari perubahan ekspresi istrinya langsung menggenggam tangan Jeslyn.
"Kenapa? Perutnya sakit?" tanya Exsan dengan nada khawatir.
"Nggak, bukan itu," Jeslyn menggeleng pelan. "Eum... San, aku boleh minta satu permintaan nggak?"
"Apa? Kamu mau makan sesuatu? Kalau kata Mamah, orang hamil sering ngidam, kan?" Exsan menebak.
Jeslyn tertawa kecil mendengar tebakan suaminya. "Ya, tapi bukan itu yang aku maksud."
"Terus apa?" Exsan semakin penasaran, sambil tetap fokus pada jalan di depannya.
Jeslyn menarik napas panjang sebelum akhirnya bicara. "Kamu putusin Khatrine ya? Aku pengen kamu fokus sama aku dan calon anak kita. Kamu mau kan?"
Exsan tertawa kecil, lalu mengusap lembut kepala Jeslyn. "Tenang aja, aku udah putusin Khatrine kemarin."
Jeslyn menatap Exsan penuh harap, seakan ingin memastikan ia tidak salah dengar. "Beneran? Kamu udah putusin dia?"
"Iya, aku sadar kalau sekarang prioritas aku udah berubah. Aku harus lebih fokus ke kamu dan anak kita. Makanya, aku langsung putusin Khatrine," jawab Exsan sambil tersenyum tipis.
Mendengar itu, Jeslyn tersenyum lebar, matanya berbinar penuh kebahagiaan.
"Jadi sekarang Exsan cuman milik Jeslyn. Kalau ada yang berani deketin Exsan, Jeslyn boleh marah, boleh hajar kalau perlu!"
Jeslyn tertawa gemas mendengar ucapan suaminya yang terdengar alay. "Astaga... Kok kamu jadi alay gini sekarang? Siapa yang ngajarin? Mana Exsan yang dulu sering sinis, ketus, dingin, galak, dan suka ngomel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Crazy Wife
Teen FictionMrs. Crazy Wife [Sinopsis] Jeslyn Vega Altaraya, seorang CEO J.S Entertainment berusia 27 tahun, telah kehilangan rasa kepercayaan pada cinta setelah dikecewakan di masa lalu. Sepulang dari luar negeri, ayahnya menjodohkan Jeslyn dengan laki-laki be...