“Nggak mau ah! Kamu aja yang naik!”
Exsan terus memaksa Jeslyn agar perempuan itu mau menaiki sepeda yang lebih tinggi darinya.
“Belum juga di coba udah nggak mau aja. Ayo gue pegangin,”
Jeslyn kembali naik ke atas jok sepeda itu, beberapa orang memerhatikan mereka merasa lucu dengan tingkah kedua makhluk itu.
Jeslyn gemeteran terlihat dari tangannya yang memegang kuat stang sepeda. Exsan di belakangnya memegangi dengan kuat sepeda itu agar Jeslyn tetap seimbang.
“Kalau gue bilang jalan, Lo langsung gowes ya,”
“Exsan janji dulu jangan di lepas! Sumpah aku takut loh ini!” Ucap Jeslyn dengan nada panik. Pantas saja karena sudah lama sejak kejadian dia jatuh dari sepeda perempuan itu tidak mau menaiki kendaraan beroda dua lagi.
“Nggak akan gue lepas. Oke siap ya? Satu… Dua… Tiga! Jalan!”
Exsan mendorong sepeda sedangkan Jeslyn menggowesnya, tangannya masih belum seimbang sehingga sepeda masih terlihat belok-belok, “Jangan di belokin, lurus loh!” Ucap Exsan memberi tahu.
“Gimana? Aku nggak bisa!”
“Bisa! Coba jangan geter gitu tangannya, anggap Lo lagi bawa mobil sekarang,” Jeslyn mengikuti apa yang di katakan Exsan. Perempuan itu memejamkan matanya sebentar lalu kembali membukanya, dia membayangkan sekarang sedang membawa mobil.
Perlahan-lahan Jeslyn mulai bisa menyeimbangkan tubuhnya, perempuan itu tersenyum senang, “Exsan aku bisa!”
“Iya iya! Gitu terus! Gue masih pegangin,” namun Exsan malah melepaskan perlahan pegangannya pada sepeda, Jeslyn mengowes sendiri. Entah kenapa Exsan merasa bangga akan dirinya karena bisa membuat Jeslyn bisa mengendarai sepeda.
Namun rasa bangga mulai menyurut kala melihat Jeslyn mulai tidak seimbang kembali, “EXSAN INI GIMANA?!!!” teriak perempuan itu karena laju sepeda nya semakin lama semakin cepat.
“Rem Jeslyn! Rem!” Ucap Exsan sembari berlari mengejar sepeda Jeslyn. Namun Exsan terlambat, Jeslyn sudah terjatuh karena perempuan itu menekan kedua rem secara mendadak.
Exsan meringis kala melihat bagaimana Jeslyn terjatuh, “Waduh!” Ucapnya lalu berlari menuju Jeslyn yang mengerang kesakitan.
“Lo nggak apa-apa?” Tanya Exsan panik, laki-laki itu mengangkat sepeda lalu berjongkok melihat keadaan Jeslyn. Matanya melihat bahwa lutut dan sikut Jeslyn sedikit berdarah.
“Kamu nggak liat kaki sama tangan aku berdarah?! Aduh… sakit… kan udah aku bilang tadi! Aku nggak bisa, kamu mah maksa sih. Liat jadi gini!” Dan Jeslyn mulai menangis. Exsan kalang kabut dia jadi merasa bersalah.
“Ya maap. Gue kan niatnya baik mau bantuin Lo belajar sepeda. Yaudah deh kita obatin dulu luka Lo,” Exsan memegang tangan Jeslyn, dia membantu perempuan itu berdiri. Setelah membeli obat merah Exsan dengan telaten mengobati luka yang ada di kaki dan tangan Jeslyn.
Tak henti perempuan itu meringis kesaktian karena Exsan kadang menekannya dengan kuat, “Pelan-pelan ih sakit!” Protes Jeslyn, “Iya tahan, ini udah pelan,” beberapa menit kemudian akhirnya Exsan selesai dengan pekerjaannya. Dia duduk di sebelah Jeslyn, memandang wajah kesakitan itu.
“Sori ya? Aduh, gue jadi nggak enak deh,”
Jeslyn melirik kearah Exsan, menatap laki-laki itu lalu tertawa. Dahi Exsan mengernyit, kenapa Jeslyn tertawa? Padahal tidak ada yang lucu.
“Iya nggak apa-apa kok. Makasih ya udah di obatin, langsung sembuh ini mah soalnya yang ngobatin suami aku…” ucap Jeslyn dengan nada imut di akhir kalimat. Entah ini reflek atau bukan tapi saat mendengar nada suara itu bibir Exsan tertarik keatas, laki-laki itu tersenyum sembari memalingkan wajahnya. Pergerakannya tak lepas dari pandangan Jeslyn, “Apa ini? Kamu senyum?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Crazy Wife
Teen FictionMrs. Crazy Wife [Sinopsis] Jeslyn Vega Altaraya, seorang CEO J.S Entertainment berusia 27 tahun, telah kehilangan rasa kepercayaan pada cinta setelah dikecewakan di masa lalu. Sepulang dari luar negeri, ayahnya menjodohkan Jeslyn dengan laki-laki be...