Jévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap.
Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gemerlap lampu diskotik langsung menusuk sepasang mata tajam yang baru saja masuk ke dalam tempat terlarang itu.
Kedua bola matanya tampak menyapu seisi ruangan tersebut, mencari seseorang yang menjadi penyebab dirinya terpaksa datang kesini.
Sepertinya orang itu belum datang.
Ia pun memutuskan untuk duduk dan memesan minuman sembari menunggu kedatangan orang itu.
"Wine please" ucap Jévgas pada bartender yang melayani.
Bartender itu tampak mengangguk dan segera membuat pesanan Jévgas.
Tak lama ia kembali bersama segelas wine yang berada di tangannya.
"Enjoy your drink" ujar bartender itu.
Jévgas meraih gelas berisi wine tersebut dan menyesapnya secara perlahan.
"Hey dude!" panggil seseorang seraya menepuk bahu Jévgas.
Jévgas hanya melirik sekilas orang tersebut dan meletakkan kembali gelasnya.
"15 menit" kata Jévgas menghitung waktu orang itu terlambat.
"C'mon, man's business" jawab orang itu seraya berbisik di akhir kalimatnya.
Sang empu yang mendengar itu memutar bola matanya malas, ia jelas tau maksut dari makna tersirat yang di ucapkan temannya itu. Apalagi jika bukan making love?
"So, What do you want to talk about?" Tanya Jévgas to the point.
"Hei hei, Let me order a drink first" ulurnya.
Orang itu pun segera memanggil bartender dan menyebut apa pesanannya.
Ia menghela nafasnya. Waktunya tidak banyak. Ia harus bisa segera sampai di apartmentnya sebelum Michella curiga.
Tapi si bodoh ini justru mengulur-ulur waktunya.
Akhirnya pesanan orang itu datang, dengan segera ia meneguk habis minuman itu seolah menunjukkan bahwa ia sedang kehausan.
"Can we talk now?" Ucap Jévgas sekali lagi setelah orang itu menghabiskan minumannya.
"Ofcourse" jawabnya dengan tatapan penuh arti.
ෙ◌ෟ ⟨ ❀❀❀ ⟩ ෙ◌ෟ
Sinar matahari memasuki celah celah gorden kamar berisikan sepasang insan yang masih sibuk memejamkan matanya.
Salah satu dari mereka perlahan membuka matanya mulai terbangun akibat sinar matahari yang menyilaukan.
Ia bangun seraya memegang kepalanya yang terasa berdenyut pusing.
Matanya pun melihat sekeliling, ia merasa asing dengan tempat ini.
Ini bukan kamarnya, dan kenapa terdapat banyak pakaian yang tergeletak di lantai?