Hari Pertama Sekolah (2)

37.7K 2.2K 31
                                    

Cedric bangkit dari tempat duduknya. Dengan langkah yang cepat ia menuju ke tempat Yuna.

Ia menarik kerah seragam Yuna.

"Eh, apa-apaan!" Teriak Yuna.

"Apa maksudmu tadi?! Kau ingin mempermalukanku?!" sosor Cedric.

"Bicara apa,sih?!" Teriak Yuna lagi. "Lepaskan aku!"

Ryan, yang merupakan pacar Yuna, langsung saja bertindak.
"Hei, bro. Jangan berkelahi dengan perempuan!" Ia menepis tangan Cedric dari kerah Yuna.

"JANGAN IKUT CAMPUR!"
Cedric mendorong Ryan hingga menabrak dinding. "Kau mau aku membunuhmu, hah!?" Cedric menodongkan pisau lipatnya ke wajah Ryan.
Pisau lipat yang kutemukan semalam.

Sialan. Ini sudah keterlaluan.

"STOP, CEDRIC!!! STOP!!!" teriakku.

Anak-anak yang lain pergi melapor guru.

Dan akhirnya...

"KENAPA KALIAN BERKELAHI?!" seru Bu Yin, menggema ke setiap sudut kantor guru siang itu.
Ya, kau bisa menebaknya.

Sialnya lagi, aku terlibat dan ikut dipanggil.

"Cedric! Hari pertama saja sudah membuat masalah! Yang lain juga! Memberikan teladan yang tidak bagi siswa baru!" Bu Yin berceramah.
"Jelaskan kejadiannya satu persatu, mulai dari Yuna," pinta Bu Yin.

"Tadi tiba-tiba saja si anak baru ini menarik seragamku dan meneriakiku, Bu," adu Yuna.

"Kau mempermalukanku tadi pagi!"seru Cedric.

"Cedric! Ibu tidak suruh kau bicara!" Marah Bu Yin.
"Lalu bagaimana selanjutnya, Ryan?"

"Aku berusaha melerai mereka. Tapi Cedric mendorongku ke dinding dan menodongku dengan pisau," sahut Ryan.

"Pisau? Cedric, kau dilarang membawa benda tajam seperti pisau ke sekolah! Untungnya kau murid baru. Tapi kalau kau ulangi, Ibu akan sita! Mengerti?"

Cedric mengangguk pelan.

"Lalu, Kiara?"

"Iya, bu. Saya sebetulnya tidak terlibat dalam perkelahian ini, bu," ucapku.

"Tapi banyak yang melapor kalau kamu terlibat. Pokoknya kalian berempat dihukum piket seminggu. TIDAK ADA TAPI-TAPIAN!"

Kami berempat keluar ruang guru dengan lunglai. Lihat, kan, baru hari pertama saja si aneh Cedric ini telah memasukkanku ke dalam kesialan!

Yuna tiba-tiba berjalan mendahului kami. Ia sengaja menabrakku dan Cedric yang berjalan beriringan.

"Kau siswa baru yang idiot! Tempatmu bukan di sini, tahu!? Sadarlah!" Maki Yuna pada Cedric.

Ryan menyusul Yuna.

"Aku akan menampar mulutnya yang kurang ajar itu," Cedric beranjak mengejar Yuna, namun aku menahannya.

"Sudahlah, dia memang selalu seperti itu! Jangan buat semuanya tambah rumit!" Kataku.

Kali ini Cedric menurut.

Sepulang sekolah, aku bersiap untuk menjalankan hukuman piketku. Bu Yin datang ke kelas untuk memastikan apakah kami menjalani hukuman kami dengan baik.

Di kelas memang hanya sisa aku, Cedric, Yuna dan Ryan.

Ketika memastikan semuanya baik-baik saja, Bu Yin pun beranjak meninggalkan kelas. "Baik, Ibu harap kalian menjalankan hukuman kalian dengan sportif. Semuanya harus piket!" Tandasnya sebelum berlalu.

Setelah Bu Yin tidak terlihat lagi, Yuna pun mulai berulah.

"Tangkap ini, babu!" Yuna melempar sapu yang tadi dipegangnya ke arahku.

Duak! Sapunya mengenai kepalaku.

"Auw, Yuna! Itu sakit!" Ringisku.

"Tidak perduli!" Serunya. "Selamat berkerja, pasangan babu~!" Ia lalu melenggang keluar kelas bersama Ryan.

"Hei! Mau kemana kalian? Kita piket!!!" Seruku. "Huh, mentang-mentang anak pemilik sekolah!"

"Biar aku kejar mereka," tandas Cedric, mengambil ancang-ancang.

"Tidak usah!" Seruku menahannya. "Nanti kita laporkan mereka ke guru saja. Lebih baik kita selesaikan piket ini dulu."

Cedric menurut.

Setelah tiga puluh menit, kami pun selesai.

"Uhm, Cedric. Kau pulang ikut mobil jemputanku?" Tanyaku.

Cedric terdiam. "Tidak usah," sahutnya dingin. Ia berjalan meninggalkanku.

"Em, tapi...," aku mengikutinya.

"Jangan mengikutiku!" Larangnya. "Pulang sana!"

Aku terdiam dan berhenti. Kemudian berbalik arah.
"Apa sih, yang salah dengan anak itu?"

Di lorong, aku bertemu dengan Fluffy. Fluffy adalah kucing milik penjaga sekolah.

Ia mengeong padaku.

"Aih, Fluffy!" Aku menghampirinya dan mengelus bulunya. Ia memasang posisi manja.

"Aku pulang dulu, Fluffy!" Kataku padanya. Meskipun aku tahu kucing tidak mengerti bahasa manusia.

Aku telah berjalan beberapa meter ketika aku teringat sesuatu.
"Kerja kelompok dengan Cedric! Hari ini di rumahku!"

Ya, memang rumah Cedric ada tepat di sebelahku dan aku bisa memberitahunya kapan saja. Aku hanya berjaga-jaga supaya ia mengosongkan jadwalnya di waktu yang telah kami tentukan.

Aku berlari menuju sudut lorong tempat Cedric meninggalkanku tadi.

"Sepertinya ia belok ke arah sini," gumamku. "Ah, ini sih toilet! Kalau mau ke toilet bilang langsung saja, tidak perlu mengusirku seperti tadi!"

Aku melihat sebuah bayangan melintas. Ah, itu pasti Cedric!
Aku berjalan menuju ke depan toilet pria.

Ternyata itu bukan Cedric.

Tapi Fluffy.

-------------
Don't be a silent reader.











Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang