Jangan Pergi [LAST CHAPTER]

22.3K 990 20
                                    

Api membakar rumah Kiara.

Pemadam kebakaran berbondong-bondong memadamkan apinya.

Aku melihat Kiara yang hanya terdiam. Tak mampu mengucapkan kata-kata, menangis pun ia tak bisa. Ia hanya menatap lekat semua kobaran api itu, terpantul di bola matanya.

Tidak ada yang boleh menghancurkan hari ulang tahun gadisku seperti ini!

Aku mendengar petugas pemadam berteriak pada satu sama lain.

"Masih ada dua orang di dalam!"

"Kita tidak bisa masuk, terlalu berbahaya!"

Sialan, kedua orangtua Kiara terjebak di dalam.

Aku berlari menyerobot kumpulan orang orang yang berkumpul menyaksikan pemadaman itu.

"Cedric! Kau mau ke mana!!?" aku mendengar Ryan, tapi tidak kuhiraukan.

"Hei, jangan gegabah!!" teriak Kak Akira lagi.

Yang lain ikut berteriak mencegahku, tapi tidak kuhiraukan. Mereka juga tidak bisa menyusulku, karena Kiara lebih membutuhkan mereka disana.

Aku sampai di depan rumah yang tengah terbakar itu.

Aku harus lakukan ini.

"HEI DIK APA YANG KAU LAKUKAN!!? KAU SUDAH GILA!!!"
teriak para pemadam, ketika aku melompat masuk ke dalam rumah.

Aku berhasil masuk. Api disana sini.

Happy Sweet Seventeen Kiara.

Ucapan dari balon foil yang menghias ruang tamu rumah Kiara meleleh akibat terbakar.

Aku masih bisa melihat sisa sisa dekorasi ulang tahun, yang dirambati api dengan cepat.

Semuanya terbakar.

Pasti kedua orangtua Kiara tengah menyiapkan pesta kejutan untuknya.

Sayangnya pesta itu tidak akan pernah terlaksana.

BRUAKKK!!!

Sebuah kayu yang terbakar jatuh dari langit-langit dan hampir menimpaku. Aku segera menghindar dan menaiki tangga menuju ke atas.

"Om, tante!?" panggilku. "Kalian di mana?"

Aku sampai di atas. Sebuah ruangan dengan pintu terbuka langsung kudobrak.

Kamar Kiara. Aku hampir tidak mengenalinya. Semuanya hampir habis dilahap api.

Syukurlah, di sana ada kedua orangtua Kiara. Namun jarakku dan mereka dipisahkan oleh kobaran api yang membakar hangus tempat tidur kayu yang seharusnya milik Kiara.

"Cedric!! Apa yang kau lakukan di sini!?" seru Ayah Kiara, panik.

"Kiara baik-baik saja kan!?" teriak Ibunya lagi.

"Kiara baik-baik saja," tandasku. "Kita harus segera keluar dari sini."

"CEDRIC AWAS!!!" teriak kedua orangtua Kiara.

Aku refleks menghindar ketika langit-langit di atasku runtuh. Sekarang reruntuhan itu memblokade pintu masuk yang sudah ikut terbakar.

Sial! Bagaimana caranya keluar dari sini?

Selain langit-langit, lantainya pun mulai runtuh. Pijakanku semakin sempit. Orangtua Kiara semakin terpojok di seberangku.

Asap mengepul di udara sekitar kami. Kami semua sudah sesak nafas.
Aku harus berfikir cepat.

Apa kami akan mati di sini? Lalu bagaimana dengan Kiara? Kiara....

Bayangan Kiara yang kucium mesra di balkon kamarnya malam itu termainkan di pikiranku. Balkon itu seolah tempat sakral bagi kami.

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang