Hari Pertama Sekolah (1)

43.6K 2.4K 57
                                    

"Ryan?" Aku mengenali orang yang mengendarai motor tersebut. Dia adalah Ryan, teman sekelasku. "Kau tidak bersama Yuna?"

"Tidak. Yuna ada acara keluarga," jawab Ryan.

"Oh, begitu. Lalu, kenapa ke rumahku?" Tanyaku.

"Uhm, aku sudah membeli dua tiket nonton bioskop. Tapi Yuna ada acara keluarga. Sayang kalau tidak digunakan. Yang lain sudah kuajak tapi tidak ada yang bisa."

"Oh, jam berapa filmnya mulai?"

"Dua jam lagi," Ryan melirik arlojinya. "Kita bisa ke Dunkin Donut dulu. Kau bisa ikut?"

"Eh, kau mengajakku?" Tanyaku bingung. "Lalu Yuna...."

Sebagai informasi, Yuna dan Ryan dua-duanya teman sekelasku, dan mereka pacaran.

"Tidak apa-apa, kok. Yuna tidak akan tahu," kata Ryan.

"K...kau yakin?" Tanyaku sekali lagi.

"Ayolah, Kiara. Tiketnya cukup mahal, sayang kalau tidak dipakai," Ryan memohon. "Please?"

Aku menghela nafas panjang.

"Baiklah, aku ganti pakaian dulu," sahutku akhirnya.
Dan kemudian, aku sudah duduk di jok belakang motor Ryan. Motornya pun melaju meninggalkan perumahanku.

----
Keesokan harinya, kami sedang menunggu kedatangan Bu Yin wali kelas kami.

Hari Senin, jam pelajaran pertama Budi Pekerti, setiap wali kelas akan masuk kelasnya masing-masing.
Bu Yin hari ini agak terlambat dari biasanya. Padahal ia terkenal killer dan paling tepat waktu.

"Ssht..., Bu Yin datang!" Seru temanku, kami menyebutnya "Si Penjaga Pintu" karena ia memang sering berjaga di pintu untuk melihat absen-presen nya guru-guru.

Kelas kami yang dari tadi ribut riuh rendah, menjadi hening dengan seisi kelas yang secara otomatis kembali ke bangkunya masing-masing.

Tuk,tuk,tuk.

Suara ketukan hak higheels Ibu Yin telah terdengar ketika beradu dengan lantai marmer sekolah di lorong. Itu artinya kelas kami sudah cukup tenang.

"Berdiri, siap!!!" Ketua kelas mengomando dan kami pun memberi salam pada Bu Yin.

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru," ucap Bu Yin.

Seisi kelas jadi gaduh karna bisik-bisik.

"Cukup. Mohon tenang," ucap Bu Yin. "Ayo masuk dan perkenalkan dirimu," Bu Yin mempersilakan murid baru yang menunggu di depan pintu itu.

Si anak baru masuk. Ia seorang siswa. Anak laki-laki.

"Uh, aura anak ini aneh," gumamku pada Clarisa yang duduk di belakangku.

"Kau benar," Clarisa mengiyakan. "Tapi yang kosong cuma bangku di sebelahmu setelah Andy pindah. Dia pasti akan duduk disana."

"Ohh... tidak."

"Silakan perkenalkan dirimu," ucap Bu Yin.

"Haruskah?" Tanya anak itu sinis.
"Tentu saja, itu ritual penerimaan siswa baru di sekolah ini," jawab Bu Yin berusaha ramah, padahal aura killer-nya tidak bisa ditutupi.






"Aku Cedric."






"HAH?" mataku terbelalak. "Cedric? ...Cedric yang itu?"

"Kau kenal dengannya?" Tanya Clarisa.

"Tidak," jawabku cepat. Satu sekolah dengan Cedric saja sudah cukup buruk. Tapi ini satu kelas dengan Cedric?

Sialan.

"Dan juga, aku tidak suka berteman. Jangan mencoba berteman denganku, atau mendekatiku, atau menyapaku. Atau sesuatu yang buruk akan terjadi," lanjut Cedric. Aura anehnya sangat terasa.

"Dia bilang itu untuk minta perhatian," celetuk Yuna sinis.
Seisi kelas tertawa, kecuali aku. Well, untuk informasi saja. Yuna itu siswi dari pemilik sekolah dan terkenal cukup sombong.

Aku melihat Cedric cukup terintimidasi karena ditertawakan. Ia mengarahkan pandangan tajamnya pada Yuna.

Yuna menyadarinya. "Hei, kenapa kau menatapku seperti itu? Idiot."

"Silakan duduk di tempat yang kosong, Cedric," titah Bu Yin.

Aku memperhartikan Cedric tidak melepaskan pandangannya dari Yuna sampai ia beringsut duduk di sebelahku.

"Sudahlah. Yuna memang seperti itu," kataku.

Cedric membalikkan tubuhnya menghadapku. Matanya menyiratkan rasa terkejut, meski ia hanya diam. Lalu ia menatapku dengan sinis.

Aku membuang muka.


Akhirnya, waktu pelajaran pun usai, kami semua girang ketika bel istirahat berbunyi. Dengan cepat kelas menjadi kosong.

Hanya ada aku, Cedric, Yuna, Ryan dan beberapa anak lain di kelas waktu itu.

Aku kaget ketika tiba-tiba Cedric bangkit dari tempat duduknya.

-----
Don't be a silent reader.

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang