Midi

23.2K 1.4K 62
                                    

Apa yang harus kulakukan dengan kucing sialan ini.

Aku mendorong menyingkirikan kucing itu.
Dia mengeong kesakitan.

Anehnya ia tetap berjalan kembali ke arahku, dengan salah satu kaki depannya yang pincang.

Ada sebuah kalung lonceng yang melingkar di lehernya.
Ah, ini kucing yang aku tabrak semalam.

Aku memungutnya dan meletekannya di dekatku. Aku mengambil ponsel dan memotretnya, lalu menaruh fotonya di situs hewan hilang.

"Sudah, sana. Pergi," usirku. "Hus!"

"Meong?" Kucing itu tampak bingung. Alih alih menjauh, ia malah semakin mendekatiku dan menggesek gesekkan badannya di bajuku.

"Hei, menjijikan! Pergi!" Aku mendorongnya.

"Ah, ternyata kucing itu di sini!" Seru Kiara dari depan rumahku.

Sialan.

"Cedric!" Panggilnya kemudian menghampiriku.
"Ah, kukira dia hilang. Kita mau mengantarnya ke dokter hewan. Ayo siap siap!"

"Aku tidak ikut." Tolakku dingin.

"Kenapa!? Kau, kan yang menabraknya!?" Seru Kiara sambil menggendong si kucing.

Kucing itu mengeong seolah menyetujui.

"Aku tidak mau," tolakku lagi.

Aku tidak mau bersamamu. Jantungku nanti kambuh lagi.

"Begitu. Ya sudah," ucap Kiara sebelum berlalu.

Dia langsung pergi. Biasanya dia memaksaku lebih lama. Ah, apa yang kuharapkan.

"Kiara?" Tiba tiba Ibu keluar dari dalam rumah. "Sudah lama kau tidak main ke sini!"

"Ah, iya tante," respon Kiara. "Aku permisi dulu!"

"Meong!" Tiba tiba kucing di gendongannya melompat keluar. Dengan tertatih ia berlari menjauhi Kiara.
Ke arahku.

"Hei!" Seru Kiara. Ia mengejar si kucing.

Kucing itu berhenti di dekatku dan kembali menggesekkan bulunya di bajuku.

"Kucing siapa itu? Kucingmu, ya, Kiara?" Tanya Ibu.

Kiara menggeleng. "Cedric yang menabraknya semalam sampai kakinya pincang."

Sialan!!! Dia mengadukan hal itu ke Ibuku!!!

"Oh, ya ampun!" Pekik Ibu. "Kalian sudah temukan pemilknya?"

"Belum. Aku mengajak Cedric untuk mengantar kucing ini ke dokter hewan, tapi sepertinya Cedric tidak mau," adu Kiara lagi. Ia melirikku.

"Cedric...?" Ibu memanggilku penuh arti.

"Tapi, Bu-"

"Pakai mobil Ayah dan bawa kucing itu ke dokter!"

Aku menghela nafas. "Iya."

"Kau tahu di mana ada dokter hewan?" Tanyaku pada Kiara ketika aku mengemudikan mobil keluar halaman rumah.

Ia duduk di jok depan di sebelahku sama seperti semalam, dengan kucing korban tabrakan di pangkuannya.

"Sekitar tiga kilo dari sini. Ada kenalan mamaku yang punya pet shop," jawabnya.

Aku mempercepat laju mobil. Ayah pergi dengan rekannya hari ini, jadi mobilnya ia tinggal di rumah.

"Meong...," si kucing menggeliat dari pelukan Kiara, bergerak keluar. Aku bisa memprediksi ia pasti akan mendekatiku lagi.

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang