Arjuna

22.1K 1.2K 60
                                    

Remang.

Aku sendirian di kamar rumah sakit, termenung.

Aku memang sempat pingsan karena syok. Tapi dokter bilang lukanya tidak parah, besok sore aku sudah boleh pulang. Lukanya akan mengering dalam seminggu.

Lukanya bahkan sudah tidak terasa sakit sama sekali. Tanpa bius.

Tapi dada ini....

Sakit sekali. Rasanya sesak. Aku masih tak percaya Cedric menolakku.

Dia ingin menyingkirkanku.

Airmataku turun.

Apa yang sekarang dilakukannya? Entahlah.

Jadi ini rasanya patah hati? Ukh, sialan.

Istilahnya Cedric yang menumbuhkan bunga, tapi dia juga yang merusaknya.

Aku bisa gila. Aku benci Cedric, tapi aku...

Sangat menyukai Cedric.

Aku belum bisa menghilangkannya dari pikiranku.

Airmataku terus mengucur. Waktu SMP, aku pernah mentertawakan temanku yang menangis karena patah hati.

Tak disangka, aku sendiri yang sekarang mengalaminya.

Konyol, ini semua bodoh...

Aku tidak mau menangis gara-gara Cedric!

GREK.

Pintu terbuka. Aku segera menyeka air mataku.

"Kiara...!"

Ibunya Cedric. Beliau menangis lalu memelukku.
"Kami sangat mengkhawatirkanmu.... syukurlah kamu selamat...."

Aku memeluknya balik. Orangtua Cedric sudah seperti orangtuaku.

"Tidak apa-apa, Tante.... Cuma luka kecil, kok," ucapku. "Besok Kiara sudah boleh pulang."

Orangtuaku pun turut memasuki kamar.

"Maafkan anak kami, kami tidak tahu apa yang terjdi padanya sampai berbuat seperti ini," Ibu Cedric kembali menangis dan berlutut di hadapan orangtuaku.

"Ya ampun, Ibu... ayo bangun. Tidak apa," Mama meminta Ibu Cedric berdiri. "Pada usia remaja, mereka memang belum bisa mengontrol emosi. Kita syukuri saja baik Kiara maupun Cedric keduanya baik baik saja...."

Ayah Cedric menundukkan kepalanya. "Kami minta maaf atas semua yang telah terjadi," ucapnya berat. Aku tahu beliau pasti sangat sedih.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi pada Arjuna...," lanjutnya.

"Arjuna? Siapa Arjuna?" Tanyaku.

***

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan anak kami, Dok?" Ibu bertanya gusar.
Ayah berusaha menenangkannya.

"Ini aneh, Bu. Padahal tidak ada riwayat penyakit jiwa genetik di DNA Bapak dan Ibu," jelas Pak Dokter.

"Memang tidak ada, Dok," sahut Ibu.

"Karena Cedric bukan anak kandung kami. Kami mengadopsinya dari panti asuhan waktu dia kecil," lanjut Ayah.

"Apa maksud Bapak? Jelas-jelas Cedric memiliki DNA yang sangat cocok dengan milik kalian. Cedric adalah anak kandung kalian," tegas Pak Dokter.

Ayah dan Ibu terkejut.

Mereka segera mengambil dokumen yang diberikan dokter sebagai bukti dari ucapannya.

Dan memang benar, DNA-ku sangat cocok dengan Ayah dan Ibu.
Aku anak kandung mereka.

Ibu menitikkan air mata. Ia masih menganga.

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang