"Uh, masa dia menembak ketika masih berpacaran," gumamku sambil mempercepat lari. "Kesannya aku seperti perusak hubungan orang."
GUBRAK!!!
"Aaaw!!" Aku meringis ketika menabrak sesuatu. Aku terpental jatuh ke tanah.
"Kalau lari jangan sambil melamun."
"C-Cedric?"
Sial. Ternyata aku menabrak Cedric.
"Cepat minta maaf!!! Gara-gara kau aku jadi jatuh!!!" Seruku.Cedric menarik tanganku sehingga aku bangkit dari jatuhku.
"Bukan salahku, tolol," desisnya.Aku melepaskan tanganku dari cengkramannya.
"Apa kau tidak punya pekerjaan selain mengganggu orang jogging!?""Aku baru saja buang sampah. Aku tidak sepertimu, yang segalanya dikerjakan oleh pembantu. Dasar anak manja," kata Cedric dingin.
Anak manja.
Kata-kata yang selalu dilontarkan untukku. Aku terdiam, semuanya selalu berkata seperti itu dan kini Cedric pun...aku langsung pergi meninggalkannya.
"Tunggu."
Refleks aku berhenti.
"Kemarin malam minggu, aku melihatmu. Kau... dengan Ryan, ya? Apa kalian berpacaran?" Tanya Cedric.
Aku tersentak.
Kenapa ia menanyakan hal seperti itu? Kenapa ia peduli...?
Apa mungkin Cedric....
Cemburu?
"M... memangnya kenapa?" Aku bertanya balik.
"Ryan pacarnya Yuna. Kenapa kalian pergi bersama? Kalian selingkuh!" Todong Cedric.
Selingkuh!
Rasanya seperti ada petir yang menyambar pagi itu. Cedric sialan....
"HEI!!! JANGAN BICARA ASAL!!" teriakku.
"Kenapa, aku benar, kan?"
"TIDAK BENAR!!!" aku pun langsung lari dari hadapannya.
Sebentar.
Apa aku baru saja beepikir tentang kemungkinan Cedric menyukaiku sehingga aku bisa membuatnya cemburu?
Tidak.
Tidak mungkin.Ini tidak akan mungkin pernah terjadi.
Tidak mungkin.
Tadi itu hanya... ketidaksengajaan!
***
Senin datang dengan begitu cepat.
"Uwah, hari ini ada ujian Matematika, aku belum belajar!!!" Seruku pada Clarisa.
"Sama, hahaha," Clarisa tertawa.
JREG!
"HOY, JANGAN MENARIK RAMBUTKU!!!" seruku refleks ketika seseorang menarik kucir kuda rambutku.
"Temani aku ke kantor guru."
"Lepas!" Aku memukul tangan Cedric yang mencengkram kuat rambutku. Anak ini pasti sudah gila. "Kenapa aku harus menemanimu!"
"Karena kau yang dihukum piket denganku," sahutnya.
Ah, iya. Hari ini aku ingin melaporkan tingkah laku Yuna dan Ryan yang tidak pernah piket sekalipun!
Jadi singkat cerita, kami sudah di kantor guru dan menghadap Bu Yin.
Laporan kami diterima dan ternyata Bu Yin juga telah mengetahui sejak lama. Beliau telah menyiapkan hukuman khusus untuk mereka berdua.
Kami mengikuti Bu Yin masuk kelas. Hari senin jam pertama pelajaran Budi Pekerti. Bu Yin mempersilakan kami duduk.
Setelah kami memberi salam, Bu Yin memanggil Yuna dan Ryan.
"Yuna. Ryan. Maju ke depan."
Dengan wajah linglung Yuna dan Ryan mengikuti perintahnya.
"Apa benar kalian tidak pernah menjalankan hukuman piket yang Ibu berikan pada kalian berempat terkait kasus perkelahian kemarin?"
"Tidak benar, Bu." Bantah Yuna.
"Jangan bohong! Kiara dan Cedric yang melapor pada Ibu. Dan Ibu juga sering melihat sendiri, kalian berdua tidak ada!"
"Tapi, Bu... kami...," Ryan menimpali.
"Cukup! Sekarang kalian kembali ke tempat duduk dengan dua telinga dijewer dan lompat pakai satu kaki. Kalian juga dihukum piket sebulan! Kalau kabur lagi, hukuman ditambah! Mengerti?" Tandas Bu Yin.
"Mengerti, Bu," sahut Yuna dan Ryan lemas.
Mereka melakukan apa yang disuruh Bu Yin dan ditertawakan satu kelas.
Kecuali Cedric. Dan aku.
"Masukkan semua buku kalian ke dalam tas. Siapkan selembar kertas dan hanya alat tulis yang ada di atas meja. Pemaikaian kalkulator tidak diperkenankan," ucap guru matematika ku. Ternyata memang benar kalau hari ini ada ujian matematika mendadak!
Aku gusar. "Sial... aku belum belajar apapun," gumamku, mengacak acak rambutku sendiri. Lebih sial lagi, Clarisa dipindah duduknya. Sekarang bangku di belakangku kosong.
Cedric juga dipindah, ia duduk dua bangku di depan sebelah kananku.Soal dibagikan. Aku membaca soal itu perlahan.
Satu sampai lima, essay semua. Aku menatapnya kosong. Tidak ada satupun yang kumengerti.
Waktu pun berlalu. "Yak, sisa lima belas menit lagi." Kata guru.
Aku menyiapkan mental untuk mendapat nilai nol dan remedi.
Namun tiba-tiba ada gumpalan kertas jatuh di mejaku.Aku membuka dan membacanya.
Jawaban dari nomor satu sampai lima!
Aku cepat-cepat menyalinnya.Tapi, kertas itu dari siapa, ya?
-------
Don't be a silent reader.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boy [TAMAT]
Fiksi RemajaKiara hanya ingin membuktikan pada semua orang dan dirinya sendiri, kalau Cedric juga punya hati. Cover by: _Ragdoll_ Chapter terakhir diprivate. Ikuti untuk membaca.