FILLERS #1

22.5K 1.1K 35
                                    

Fillers #1 berhubungan dengan Chapter Hari Pertama Sekolah (2) dan Kemana Cedric?

Cerita di bawah ini mengandung unsur sadisme, kekerasan dan gore. Bagi yang merasa tidak nyaman dengan konten tersebut, diharapkan untuk tidak membacanya.
.
.
.
.
.
...
..
.

"Brengsek!!!"
Aku menyumpah.

Dipermalukan di hari pertama masuk sekolah. Ingin aku langsung saja menancapkan pisau lipatku ini ke mulut mulut pedas orang orang tadi.

Mereka belum tahu seberapa beringasnya aku.

Apa aku akan kembali ke masa laluku yang kelam?
Bagaimana kalau Ibu menangis lagi seperti dulu?

Aku memang menyedihkan.

Aku merogoh kantungku untuk mengambil pisau lipat yang besok tidak dapat kubawa lagi.

Aku ingin sekali mencabik cabik semua orang, gadis sialan yang mengejekku serta laki laki bodoh yang selalu mengikutinya tadi.

Dan.... gadis bodoh satunya lagi, yang berpikir dia bisa menghentikanku. Sialan, selain menjadi teman sekelas dia juga sekarang tetanggaku. Merepotkan sekali! Sok akrab! Sok baik! Dia pasti mengingikan sesuatu dariku, aku tahu itu.

Semua orang yang awalnya baik padaku, semua orang yang aku percaya...

Pada akhirnya mereka semua menyakitiku.

Aku tidak mau luluh pada seseorang lagi.
Aku tidak mau mempercayai siapapun.

Tiba tiba muncul sebuah bayangan di lorong. Apa gadis bodoh itu lagi? Siapapun dia, aku bersumpah akan menyerangnya dengan pisau di tanganku ini.

"Meong!"

Kucing?

"Meong!"

Kucing itu mengeong dengan girangnya.

Di saat aku kalut seperti ini... dia masih bisa mengeong dengan senang, dengan gembira.

Aku iri, aku iri dengan kucing yang tidak punya beban hidup sepertiku! Setiap hari dia hanya diberi makan tuannya, dan dia tidak perlu mempercayai siapapun....

"Meong?"





Aku mencengkram moncong kucing itu keras sampai dia pingsan.
Bunyi gemeretuk terdengar.
Rahangnya patah.

Aku membelah tubuhnya. Memotong perutnya menjadi dua bagian di tengah tengah tulang rusuknya. Jantungnya terlihat, berdenyut denyut. Aku mengambilnya dan meremasnya sampai pecah seperti tomat busuk.

Crash!

Aku menginjak tubuhnya berulang ulang. Darahnya bercipratan dan ususnya langsung terburai keluar. Lambungnya keluar aku pun memungutnya. Seperti balon berisi air.

Aku melemparnya ke lantai. Pecah.

Aku menghindar dari cipratan asamnya.

Darahnya mengalir dan bau amis pun tercium. Aku mematahkan semua kaki kucing itu dengan suara yang memilukan.

Makhluk serendah apa aku ini sampai melampiaskan amarah pada seekor kucing tak berdosa?

Aku menatap nanar kucing yang sekrang mengenaskan itu. Matanya iba menatapku.

Dia kasihan padaku. Dia kasihan pada makhluk serendah diriku.

Dengan jari telunjukku, aku mencongkel mata si kucing sampai lepas dari tempatnya.

Oh, lihat.
Apa yang telah aku lakukan?

Aku mendengar derap langkah dari lorong.

Sialan, pasti gadis bodoh itu lagi. Aku langsung pergi dari tempat itu. Menghilang.

****

Aku mencuci tanganku dari darah si kucing.
Ada sebuah tempat terbengkalai di sekolah baruku ini.
Sepertinya ini gedung sekolah yang lama.

Ada keran air yang sepertinya tak pernah lagi dipakai di dekatnya. Letaknya tersembunyi, sehingga tidak ada yang tahu aku berada di sini. Belum lagi jam pulang sekolah membuatnya begitu sepi sunyi senyap.

Aku tertarik menaiki tangga rapuh yang terdapat di bangunan tua ini. Aku pun menaikinya, hingga tingkat teratas. Hingga anak tangganya habis.

Tangga itu berakhir di sebuah pintu besi yang berkarat. Aku berhasil membukanya, tidak terkunci.

Pintu itu menuju atap bangunan. Angin dengan bebasnya bergerak di sana.

Ada sebuah pohon besar tumbuh di taman atap yang terbengkalai. Aku menemukan tempat yang nyaman di dahannya.

Aku memejamkan mata...
Masalah apa lagi yang harus kuhadapi?






Ketika aku bangun, hari sudah gelap.
Oh, sialan! Orangtuaku pasti mencariku.

Aku bergegas menuruni tangga. Gerbang sekolah bahkan sudah dikunci. Untung kaki panjangku bisa melompatinya.

Cahaya remang menerangi jalanan. Kendaraan kendaraan bergerak dengan cepatnya.
Dunia ini terus berputar.

Dengan atau tanpa diriku.

Jarak rumah dengan sekolah tidak terlalu jauh. Sekitar 25 menit jalan kaki. Dan meskipun baru pagi tadi Ayah mengantarku, aku sudah ingat jalannya.

Aku memang mudah mengingat. Mungkin karena itu pula nilaiku di sekolah selalu baik. Karena nilai yang selalu baik itu pula juga, membuat tidak ada yang ingin berteman denganku.

Mereka menindasku.

Sampai sekarang.

Karena aku mudah mengingat, aku jadi sulit melupakan.
Aku tidak akan pernah melupakan semua hal yang mereka lakukan padaku.

Aku bersumpah, aku akan membalas semuanya. Semua yang mereka lakukan.
Luka fisik dan luka batin.
Tiap detilnya, aku ingat dengan jelas. Dan aku akan membalasnya. Lihat saja nanti!

Aku telah sampai di rumah, tapi tidak langsung masuk ke rumah.
Aku memanjat pohon rimbun yang tumbuh di halaman rumahku yang baru ini.

Semua kenangan buruk seketika memenuhi otakku, membuatku gemas dan marah pada diriku sendiri. Kenapa waktu itu aku tidak melawan? Kenapa aku membiarkan Ibu menangis?
Aku dulu begitu lemah!

Aku mengeluarkan pisau lipat dan mulai menyayat lenganku. Darahnya menetes banyak sekali.

Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit.








"Cedric? Apa itu kau?"

Aku mendengar suara. Sialan, pasti si gadia tetangga. Aku harus segera pergi dari sini!

"Cedric! Turun!"



Aku pun langsung melompat turun ke halaman rumahku. Untungnya, kegelapan malam menyelimutiku sehingga tidak ada yang tahu aku di sini...

-----

Yaheelahh pakai fillers :") kayak Naruto :V

jadi sebenarnya author merasa cerita ini sebentar lagi berakhir, sudah sekitar 3/4 bagian.
author gak rela cerita ini tamaaattttt x"D

Di fillers juga akan diceritakan masa lalu kelam Cedric sampai dia menjadi seorang psikopat seperti sekarang ini. Dan juga beberapa adegan sadis (sori kalau gak begitu sadis).

Semoga kalian suka (?)

Vote comment dan follownya ditunggu💓

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang