Jadi begitulah, aku pacaran dengan teman masa kecilku. Ryan.
Di kelas, kami saling bertukar pandang dengan malu-malu.
Ah, soal Yuna, dia izin tiga minggu keluar kota (ia membayar orang untuk menggantikannya hukuman piket sebulan). Jadi hubungan kami sejauh ini pun berjalan lancar.
Kami sudah 3 kali kencan. Dan soal Cedric, karena aku sudah pacaran dengan Ryan, aku jarang berkomunikasi dengannya lagi.
"Ah, Ry... Ryan," aku terkejut ketika berpapasan dengannya di depat toilet. Aku baru saja berganti seragam olahraga. Jam pelajaran berikutnya olahraga.
Dan di sekolah kami, toilet pria dan wanita bersebelahan.
"Kiara?" Ryan memandangku.
Aku tersipu. "Jangan melihatku seperti itu."
"Di sini hanya kita berdua. Tidak apa-apa, kan?" Ryan bertanya dengan nada menggoda.
"Ih, apa, sih maksudmu!"
BRUK!
Ryan mendorong tubuhku hingga ke tembok. Ia menahan tanganku. Ia semakin mendekatiku yang terpojok.
"Ry... Ryan? Apa yang kau--?"
"Ssht... nanti terdengar orang lain," bisiknya.
Aku bisa merasakan darahku yang memanas seolah mendidih. Wajahku merah seperti udang rebus. Jantungku berdegup keras, aku takut kalau Ryan bahkan bisa mendengarnya.
Ryan menutup matanya, ia mencondongkan wajahnya mendekati wajahku.
Aku terkejut, tapi aku juga mencoba menutup mataku.
Wajah kami semakin dekat, hidung kami bersentuhan, dan...
"Di sekolah dilarang berduaan."
Aku kaget setengah mati, refleks kubuka mataku dan menjauhkan diri dari Ryan. Pipiku masih merah.
Cedric.
"Oh, ayolah. Apa kau tidak pernah jatuh cinta?" Ucap Ryan gemas.
"Tidak," sahut Cedric singkat.
"Ja... jangan laporkan kami, kumohon, Cedric," kataku gemetar.
"Terserah," ia merespon. "Tapi kalau kalian lakukan ini lagi, akan aku laporkan guru. Tindakan kalian tadi sangat tidak nyaman dilihat. Menikah saja sekalian," ucapnya. "Huh, bodoh." Ia masuk ke toilet.
Aku langsung lari dari hadapan Ryan, pelajaran olahragapun dimulai.
KOTAK MASUK
Saya : Kau sudah plg?
Ryan : Blm, aku dicegat seseorang.
Saya : Siapa??? Ap kau tdk apa2??
Ryan : ak babak belur nih T^T aku k rmh mu ya?
Saya : y ampun! Iy, hati2 ya!! Aku tunggu.
Aku cemas. Kenapa, siapa yang berani mencegat Ryan? Bukannya dia itu juga terkenal berandal di sekolah?
Panggilan masuk dari RYAN
"Halo?"
"Kiara, aku di depan rumahmu, " ucap Ryan.
"Oke, aku bukakan pintu. Tunggu sebentar, ya."
Aku membuka pintu untuk Ryan. Betapa terkejutnya aku melihat rambut Ryan acak-acakan, seragam putih lengan panjangnya ternoda bekas sepatu. Bibirnya berdarah. Matanya bengkak.
"Ya ampun! Apa yang kau lakukan!?" Ucapku panik. Aku menarik tangannya. "Cepat masuk! Aku obati di kamar!"
Aku menuntun Ryan masuk ke rumahku, menaiki tangga dan sampailah ke kamarku. Aku langsung lari mengambil tas P3K dan semangkuk air.
"Aaww, sakit!" Ryan meringis ketika aku membasuh luka di keningnya dengan air.
"Siapa yang melakukan ini!? Cepat bilang!" Pintaku.
"Apa kau akan menyesal jika mengetahuinya?"
"Tentu tidak. Ayo cepat katakan," kataku sekali lagi.
Ryan menarik nafas.
"Cedric," sahut Ryan. "Cowok itu gila."
------
Please leave your vomment, dear readers! ;*
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boy [TAMAT]
TeenfikceKiara hanya ingin membuktikan pada semua orang dan dirinya sendiri, kalau Cedric juga punya hati. Cover by: _Ragdoll_ Chapter terakhir diprivate. Ikuti untuk membaca.