Bukan Sinetron

27.5K 1.7K 24
                                    

Keesokan harinya kami kembali ke sekolah seolah tak terjadi apa-apa.

Si "puteri" Yuna pun sudah pulang dari izin panjangnya.

Cedric juga ada. Kami tidak sama sekali bertukar kata, tatapan pun tidak.

Dia benar-benar menjauhiku seperti yang kusuruh.

Tiba-tiba, Yuna mendatangi mejaku.

"Kiara?"

"Iya," sahutku.

"Kau biologi sekelompok denganku, kan?" Tanyanya.

"Kurasa begitu," jawabku.

"Sepulang sekolah nanti, jangan pulang dulu, ya. Kelompok kita akan diskusi," ucapnya.

"Ah... baik."




Tak terasa lonceng tanda sekolah usai pun berbunyi.

Sesuai janji aku tidak langsung pulang dan mendatangi Yuna. Kelas kosong, hanya sisa kami berdua.

"Mana yang lain?" Tanyaku, karena kelompok kami harusnya berisi 5 orang.

"Ah, ayo ke sana, yang lain sudah menunggu di sana," ucap Yuna.

"Oke, ayo," aku mengikuti Yuna dan sampailah kami di depan gudang lama sekolah. Di depan gudang itu ada dua orang laki-laki kekar yang berjaga.

"Kenapa ke sini? Dan siapa mereka, Yuna?" Tanyaku, namun Yuna tak menjawab. Ia mendatangi kedua orang kekar itu.

"Ikat dia!" Yuna menunjukku, memberi perintah kepada dua orang tadi.

Ternyata mereka bodyguard Yuna.

"Hei, apa-apaan ini, Yuna!? Lepaskan aku!? Jangan bercanda, Yuna!!" Aku memberontak ketika dua orang itu menahan tanganku. Namun tentu saja aku tak cukup kuat untuk melawan mereka.

Yuna hanya tersenyum sinis, dua orang itu membawaku masuk ke gudang. Yuna menutup pintu gudang dengan menendangnya.

Tanpa aku bisa melawan, mereka mengikatku di sebuah kursi. Tangan dan kakiku juga diikat kuat.

"Hei, Yuna!!! Lepaskan aku!!!"








PLAK!!!

"Bodoh!" Yuna menampar pipiku.

"Hei! Apa-apaan kau ini!"

"Kenapa kau bertingkah seperti wanita murahan?" Katanya.

"Apa maksudmu?"

"Kau menggoda Ryan sampai ia meninggalkanku! Puas? Sekarang ia sudah bersamamu!? Puas!? Kau merusak hubungan orang! Sudah puas!?" Makinya.

"Tapi aku... kau salah paham Yuna!" Sahutku. "Aku tidak menggodanya, percayalah padaku."

"Bohong! Kalian kencan, kan!!! Aku melihatnya, kalian kencan bahkan sebelum kami putus!"

"Tidak! Dengarkan aku! Aku juga sudah putus dengannya, dan dia yang mengajakku jalan waktu itu! Bukan aku!" Aku membela diri.

"Tidak mungkin!" Teriak Yuna geram. "A... apa yang kurang dariku? Selama ini aku penuhi terus keinginannya, tapi kenapa dia.... INI SEMUA KARENAMU!!! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB!"

Ia hampir menampar pipiku lagi, ketika terdengar suara orang dari luar.





"Hei. Kenapa berisik sekali? Kalian tidak pulang?"







"Cedric?" Kataku.

Yuna mengangkat dagunya. "Oh, ternyata Cedric, ya? Bawa dia masuk," ia memerintah bodyguard-nya.

Pintu dibuka dan Cedric ditarik masuk dengan kasar. Ia menurut, tak bereaksi.

Dua bodyguard tadi menahan lengan Cedric erat. Namun Cedric sama sekali tak terganggu olehnya.

"He, Kiara? Diikat? Kalian sedang latihan drama, ya?" Ucap Cedric santai.

"JANGAN REMEHKAN AKU!!" teriak Yuna, lalu menarik rambutku kasar. "Atau dia akan kusiksa."

"Aw!" Aku meringis.

"Hei, ini sekolah," Cedric menghela nafas, "bukan sinetron."

Kata kata Cedric membuat Yuna semakin geram.
"BERANI BERANINYA KAUU!!! HABISI DIA!"

"Jangaan!!!" Teriakku, memberontak. Tapi mereka telah mengikatku begitu kencang.
Aku memberontak justru membuat kursi yang diikat bersamaku terguncang hebat, goyah, lalu jatuh ke tanah.

Suara jatuhnya nyaring. Kepalaku terbentur lantai.

"Aduh!"

Yuna menginjak kursiku agar aku tetap dalam posisiku mencium lantai, menyaksikan Cedric dibanting tubuhnya mengenai dinding oleh dua orang tadi.

Mereka menamparnya, menendangnya, memukulnya.

"HEY!!!! JANGAN SAKITI DIA!!!" aku berteriak dalam kepiluan. "CEDRICC!!!!"

Anehnya Cedric seperti menerima semua perlakuan itu. Dia hanya diam. Tidak membalas sekalipun.

Padahal yang kutahu dia itu cowok kasar yang berdarah dingin dan membunuh kucing penjaga sekolah.
Dia kejam, tidak berperasaan, dan seenaknya saja.

Namun kali ini dia hanya diam.

"JANGAN SAKITI DIAAA!!!!!" teriakku lagi, urat leherku muncul, ketika menyaksikan si cowok sialan itu diinjak wajahnya oleh salah satu dari bodyguard Yuna.

Tatapan Cedric seperti menahan sakit. Tapi apa dia seperti...

Menikmatinya?

Cedric tersungkur ke lantai. Ia seperti tidak bisa bergerak lagi. Bodyguard itu meninju batok kepalanya, salah seorang menendang perut Cedric hingga ia terbatuk.

Sialan... berapa yang Yuna bayar untuk om om kekar ini sampai tega menyakiti orang lain?

----
Sorry for slow update, reader *hiks* sibukkk :(
Vommentnya boleh dong?

Psycho Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang